TES BERBASIS
PEMAHAMAN KONSEP
DAN PEMECAHAN
MASALAH
A.
Pemahaman
Konsep
1.
Pengertian
a.
Pengertian
Pemahaman
1)
Bloom (1956) mengartikan bahwa pemahaman (comprehension) merupakan aspek yang
mengacu pada kemampuan untuk mengerti dan memahami suatu konsep dan memaknai
arti suatu materi
2)
Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia, paham berarti
mengerti dengan tepat
3)
Menurut Arifin (1995), pemahaman adalah
suatu kemampuan yang
dimiliki siswa untuk mengubah, mengadakan interpretasi dan
membuat eksplorasi
4)
Anderson dan Krathwohl (dalam Aksela, 2005)
menyatakan “understanding is the ability
to make your own meaning from
educational material such as
reading and teacher explanations”.
5) Aksela (2005)
menambahkan bahwa pemahaman merupakan kemampuan untuk membangun
pengertian dari pesan-pesan
dalam pembelajaran yang mencakup lisan, tulisan
dan komunikasi grafis.
Dari pendapat beberapa
ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa pemahaman adalah kemampuan untuk
membentuk arti dari materi pembelajaran.
b.
Pengertian
Konsep
1)
Dahar (1996) mendifinisikan konsep sebagai dasar bagi proses-proses
mental yang lebih tinggi
untuk merumuskan prinsip-prinsip dan
generalisasi-generalisasi.
2)
Ibrahim (2003) menyatakan bahwa suatu
konsep disimpulkan dari berbagai
situasi, peristiwa, ucapan dan
pemberiannya.
3)
Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia, konsep
berarti suatu rancangan
4)
Nasution (2006) mengungkapkan “konsep sangat penting bagi manusia,
karena digunakan dalam komunikasi dengan orang lain, dalam berpikir, dalam
belajar, membaca, dan lain-lain
5) Darlina
(2008) menambahkan bahwa konsep adalah suatu gagasan yang menyeluruh mengenai
hukum (prinsip, azas) atau teori yang mencakup berbagai hal yang terkandung
dalam konsep tersebut
6)
S. Hamid Husen (Sapriya, 2009: 43) mengemukakan bahwa:
“Konsep adalah pengabstraksian dari sejumlah benda yang memiliki karakteristik
yang sama”
7)
More (Sapriya, 2009: 43) bahwa “Konsep itu adalah sesuatu
yang tersimpan dalam benak
atau pikiran manusia berupa sebuah ide atau sebuah gagasan”.
Dari pendapat beberapa
ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa konsep merupakan suatu gagasan yang
dibentuk seseorang dalam mengelompokkan benda atau peristiwa
c.
Pengertian
Pemahaman Konsep
Bloom menyatakan bahwa pemahaman
konsep adalah kemampuan menangkap pengertian-pengertian seperti mampu
mengungkapkan suatu materi yang disajikan ke dalam bentuk yang lebih dipahami,
mampu memberikan interpretasi dan mampu mengaplikasikannya. Pemahaman konsep dapat diartikan sebagai kemampuan
mengkonstruk makna atau
pengertian suatu konsep berdasarkan pengetahuan awal yang dimiliki,
atau mengintegrasikan pengetahuan yang baru ke dalam skema
yang telah ada dalam
pemikiran siswa.
2.
Strategi
dalam Pemahaman Konsep
Pencapaian konsep
yang dinyatakan oleh
Joyce dan Weil (Suherman dan
Winaputra, 1993) memiliki
tiga fase kegiatan
sebagai berikut:
a) Penyajian data dan
identifikasi konsep diantaranya yaitu:
(1) guru menyajikan
contoh yang sudah
diberi label
(2) para pelajarmambandingkan ciri-ciri
dalam contoh positif
dan contoh negative
(3) para pelajar membuat dan
mengetes hipotesis
(4) para pelajarmembuat definisi
tentang konsep atas
dasar ciri-ciri utama/esensial
b) Mengetes pencapaian
konsep diantaranya yaitu:
(1) para pelajarmengidentifikasi tambahan
contoh yang tidak
diberi label dengan menyatakan ya atau
bukan
(2) guru menegaskan
hipotesis, namakonsep, dan
menyatakan kembali definisi
konsep sesuai dengan ciri-ciri yang esensial.
c) Menganalisis strategi berpikir diantaranya yaitu:
(1) para
pelajar mengungkapkan pemikirannya
(2) Para pelajar mendiskusikan
hipotesis dan ciri-ciri
konsep
(3) para pelajar mendiskusikan tipe dan jumlah hipotesis
3.
Kategori
Pemahaman Konsep
a.
Anderson
dan Krathwohl (dalam
Aksela 2005) membagi menjadi tujuh kategori proses
kognitif understanding
diantaranya:
1)
menafsirkan
(interpreting)
2)
memberikan
contoh (exemplifying)
3)
mengkelasifikasikan (classifying)
4)
meringkas (summarizing)
5)
menarik
inferensi (inferring)
6)
membandingkan (comparing)
7)
menjelaskan (explaining).
b.
Menurut Bloom (1956), Pemahaman dapat dibedakan
atas :
1) Translasi, yaitu
kemampuan untuk memahami suatu materi atau ide yang dinyatakan dengan cara asli
yang di kenal sebelumnya.
a)
Menerjemahkan suatu
abstraksi kepada abstraksi yang lain.
b)
Menerjemahkan suatu bentuk
simbolik ke satu bentuk lain atau sebaliknya.
c)
Terjemahan dari satu bentuk
perkataan ke bentuk yang lain.
2) Interpretasi, yaitu
kemampuan untuk memahami suatu materi atau ide yang direkam, di ubah, atau di
susun dalam bentuk lain (grafik, tabel, atau diagram).
a)
Kemampuan untuk memahami
dan menginterpretasi berbagai bacaan secara dalam dan jelas.
b)
Kemampuan untuk membedakan
pembenaran atau penyangkalan suatu kesimpulan yang digambarkan oleh suatu data.
c)
Kemampuan untuk menafsirkan
berbagai data sosial.
d)
Kemampuan untuk membuat
batasan (kualifikasi) yang tepat ketika menafsirkan suatu data
3) Ekstrapolasi, yaitu
kemampuan untuk meramalkan kelanjutan kecenderungan yang ada menurut data tertentu
dengan mengemukakan akibat, konsekuensi, implikasi, dan sebagainya sejalan
dengan kondisi yang digambarkan dalam komunikasi yang ada.
a)
Kemampuan menarik
kesimpulan dan suatu pernyataan yang eksplisit.
b)
Kemampuan menggambarkan
kesimpulan dan menyatakannya secara efektif (mengenali batas data tersebut,
memformulasikan kesimpulan yang akurat dan mempertahankan hipotesis).
c)
Kemampuan menyisipkan satu
data dalam sekumpulan data dilihat dari kecenderungannya.
d)
Kemampuan untuk
memperkirakan konsekuensi dan suatu bentuk komunikasi yang digambarkan.
e)
Kemampuan menjadi peka
terhadap faktor-faktor yang dapat membuat prediksi tidak akurat.
f)
Kemampuan membedakan nilai
pertimbangan dan suatu prediksi
4.
Tes
dan Penilaian Pemahaman Konsep
a. Menurut
Firman (2000), seorang
siswa dikatakan telah
memahami suatu konsep jika memiliki
kemampuan menangkap arti
dari informasi yang diterima,
antara lain :
1)
Menafsirkan bagan, diagram atau grafik.
2)
Menerjemahkan suatu pernyataan verbal kedalam formula matematis.
3)
Memprediksikan berdasarkan
kecenderungan tertentu (interpolasi
dan ekstrapolasi).
4)
Mengungkapkan suatu konsep dengan kata-kata sendiri
b.
Menurut Novak & Gowin
(1984: 139), pemahaman konsep dapat juga dievaluasi melalui
peta konsep, guru dapat mengetahui konsep-konsep yang telah dimiliki siswanya
untuk mengaitkan informasi baru dengan informasi yang telah ada dalam struktur
kognitif siswa.
c.
Indikator
pencapaian aspek
pemahaman konsep adalah:
1) Menyatakan ulang sebuah konsep,
2) mengklasifikasi objek menurut sifat-sifat tertentu sesuai
dengan konsepnya,
3) memberi contoh dan bukan contoh dari konsep,
4) menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi
matematis,
5) mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup dari suatu
konsep,
6) menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur atau
operasi tertentu,
7) mengaplikasikan konsep ke
dalam pemecahan masalah
5.
Problematika
Pemahaman Konsep
1. Persepsi
siswa bahwa fisika adalah pelajaran yang sulit
2. Masalah
pribadi siswa
3. Keabstrakan
konsep
4. Penjelasan
guru yang kurang dapat dipahami
B.
Pemecahan
Masalah
Kemampuan-kemampuan kognitif yang berbasis
pemahaman melibatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi, seperti pemecahan
masalah, berpikir kritis, kreatif, dan pengambilan keputusan
1.
Pengertian
a.
Pengertian
Masalah
1)
Masalah dapat didefinisikan sebagai situasi dimana jawaban atau
tujuannya belum diketahui
(Wood dalam Gilbert,
2003 )
2)
Istilah ‘masalah’ didefinisikan
oleh Hayes (dalam Gilbert,
2003) kedalam ungkapan
“Whenever there is
a gap between where you are now
and where you want to be, and you don’t know how to
find a way
to cross that gap,
you have a
problem”
3)
Krulik & Rudnik (1995 : 4) mendefinikan masalah adalah suatu situasi
yang dihadapi oleh seseorang atau kelompok yang memerlukan suatu pemecahan
tetapi individu atau kelompok tersebut tidak memiliki cara yang langsung dapat
menentukan solusinya.
4)
Bodner
(dalam Gilbert, 2003) menyatakan
bahwa sesuatu itu dikatakan masalah jika
hal tersebut tidak termasuk sebagai latihan rutin,
melainkan suatu permasalahan baru
Dari pendapat beberapa ahli di atas, dapat
disimpulkan bahwa masalah merupakan suatu keadaan yang dihadapi seseorang
dimana terdapat kesenjangan antara harapan dan kenyataan dan belum diketahui
solusinya
b.
Pengertian
Pemecahan Masalah
1)
Istilah ‘pemecahan masalah’ didefinisikan
oleh Wheatley (dalam Gilbert, 2003) kedalam
ungkapan “What you
do, when you
don't know what to do”
2) Dahar (1996) menyebutkan bahwa pemecahan masalah
merupakan suatu kegiatan
manusia yang menggabungkan
konsep-konsep dan aturan-aturan
yang telah diperoleh
sebelumnya
3) Menurut Robinson
dan Lyle (2001), Dalam
memecahkan suatu masalah, dibutuhkan perpaduan
antara pengetahuan dasar (base
knowledge) dan keterampilan dasar
(base skill)
4) Wena (2011) lebih lanjut mengemukakan
pemecahan masalah dipandang sebagai suatu proses untuk menemukan kombinasi dari
sejumlah aturan yang dapat diterapkan dalam upaya mengatasi situasi yang baru.
5) Pemecahan masalah menurut Polya (dalam
Sonnabend, 1993:56) adalah karakteristik
utama/penting dari kegiatan manusia, seseorang dapat mempelajarinya dengan
melakukan peniruan dan mencobanya
langsung.
6)
Menurut Goos et.al. (2000 : 2), seseorang dianggap sebagai pemecah masalah yang baik jika ia
mampu memperlihatkan kemampuan
memecahkan masalah yang dihadapi dengan memilih dan menggunakan berbagai alternatif strategi sehingga mampu mengatasi
masalah tersebut
7)
Sormunen (2008) mengungkapkan pemecahan masalah sangat tergantung pada
konteks yang ada dan sikap siswa yang mempengaruhi kemampuan pemecahan masalah.
8)
Crisostomo (2010) menjelaskan kemampuan siswa untuk memecahkan masalah
satu sama lain berbeda dan sesuai dengan faktor-faktor yang disekitar siswa.
9)
Ruseffendi (1988 : 241) menyatakan bahwa : “Pemecahan masalah adalah
pendekatan yang bersifat umum yang lebih mengutamakan kepada proses daripada
hasilnya (out-put)”.
Dari pendapat beberapa
ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa pemecahan masalah merupakan suatu proses
dimana seseorang menggunakan konsep dan aturan yang diperoleh sebelumnya dalam
menemukan solusi pada suatu keadaan.
2.
Strategi
dalam Pemecahan Masalah
Krulik dan Rudnik (1995) yang mengenalkan
lima tahapan pemecahan masalah secara tidak berurutan
a.
Read and Think (Membaca dan Berpikir)
b.
Explore and Plan (Ekplorasi dan Merencanakan)
c.
Select a Strategy (Memilih Strategi)
d.
Find an Answer (Mencari Jawaban)
e.
Reflect and Extend (Refleksi dan Mengembangkan)
Dalam memecahkan suatu masalah, diperlukan
strategi yaitu prosedur/teknik-teknik yang berguna untuk memecahkan berbagai
masalah dalam tingkat kesulitan yang bervariasi. Oleh sebab itu strategi
pemecahan masalah sangat penting dalam
pembelajaran pemecahan
masalah. Dengan strategi tersebut siswa akan lebih terarah
dalam memahami dan memecahkan masalahnya. Hal ini sesuai dengan pendapat
Nasution, S. (1982 : 175) bahwa strategi merupakan bagian penting dalam
pemecahan masalah dan dalam pelajaran umumnya dimana strategi itu dipelajari sendiri oleh individu dan
biasanya tidak termasuk sebagai sebagian tujuan pelajaran.
Langkah-langkah pemecahan masalah adalah konseptualisasi,
klasifikasi, analisis dan finalisasi.
a. Konseptualisasi
1)
memikirkan dan memahami
situasi dalam soal tersebut.
Pelajari baik-baik setiap diagram, grafik,
table atau gambar yang ada. Bayangkan sebuah film yang bergerak dalam pikiran
anda , menceritakan apa yang ada dalam soal (imajinasi).
2) Jika sebuah
diagram tidak disertakan, anda hampir selalu harus membuat gambaran mengenai
situasi dalam soal tersebut. Sertakan juga besaran yang diketahui, dalam bentuk
table atau langsung dalam sketsa anda.
3) Fokuslah pada
informasi aljabar atau numerik yang terdapat dalam soal tersebut.
4)
Fokuslah pada hasil yang anda duga dapat menyelasaikan soal.
5)
Jangan lupa untuk menggabungkan pengalaman anda sendiri dengan logika.
b. Klasifikasi
1)
Setelah anda mengetahui maksud dari soal tersebut, anda perlu
menederhanakan soalnya. Hilangkan segala perincian yang tidak diperlukan dalam
mencari penyelesaiannya.
2)
Setelah soal tersebut disederhanakan, penting juga untuk mengklasifikasikan persoalan tersebut. Apakah ini termasuk soal
yang hanya tinggal memasukkan angka ke persamaan? Jika ya, soal tersebut dapat
selesai dengan hanya memasukkan angka dari soal kedalam persamaan. Jika tidak,
maka yang anda hadapi adalah soal analisis-analisis yang lebih mendalam
dibutuhkan untuk dapat menyelesaikan soal tersebut.
3)
Jika soal ini termasuk soal analisis, mungkin diperlukan upaya
klasifikasi yang lebih jauh lagi.
c. Analisis
1)
Sekarang anda harus menganalisis soal trsebut dan berusaha keras untuk
mencari penyelesaian matematisnya. Oleh karena anda telah mengklasifikasi
soalnya, seharusnya anda tidak akan mengalami kesulitan dalam mencari
persamaaan yang tepat dan dapat diterapkan pada soal tersebut.
2)
Gunakan aljabar (dan kalkulus jika diperlukan) untuk memecahkan soal
secara simbolis dalam variable yang
tidak diketahui. Substitusikan angka-angka yang sesuai, hitunglah
hasilnya, dan bulatkan menjadi sebuah nilai dengan jumlah angka penting yang
benar.
d. Finalisasi
1)
Periksalah penyelesaian numerik anda. Apakah satuannya sudah benar?
Apakah penyelesaiannyaa sesuai dengan dugaan anda mengenai konsep soal tersebut? Bagaimana
dengan hasil akhir aljabarnya sebelum anda mensubstutisikan angka ke dalamnya?
Apakah masuk akal? Periksa kembali variable-variabel yang ada untuk memeriksa
apakah penyelesaiannya berubah secara signifikan ketika variable tersebut
berkurang, bertambah, atau bahkan menjadi nol. Lihat juga batas-batas kasusnya
untuk memastikan nilainya sesuai dengan hasil yang didapat.
2)
Pikirkan kembali bagaimana soal tersebut dapat dibandingkan dengan
soal-soal lainnya yang pernah anda selesaikan. Seberapa mirip soal tersebut?
Dimanakah letak perbedaannya? Mengapa soal seperti itu diberikan? Anda pasti
mendapatkan sesuai dengan mengerjakan soal tersebut. Apakah yang anda dapatkan?
Jika soal tersebut merupakan jenis soal yang baru, maka pastikan anda dapat
memahaminya sehingga kelak dapat anda jadikan model untuk menyelesaikan soal
yang sama.
3.
Kategori
Pemecahan Masalah
a. Open
Ended
Pendekatan open-ended prinsipnya
sama dengan pembelajaran berbasis masalah yaitu suatu pendekatan pembelajaran
yang dalam prosesnya dimulai dengan memberi suatu masalah kepada siswa. Bedanya
Problem yang disajikan memiliki jawaban benar lebih dari satu. Problem yang
memiliki jawaban benar lebih dari satu disebut problem tak lengkap atau
problem open-ended atau problem terbuka. Tujuan pembelajaran
melalui pendekatan open-ended yaitu untuk membantu
mengembangkan kegiatan kreatif dan pola pikir matematis siswa
melalui problem solving secara simultan.
Adapun
langkah-langkah dalam
Pengajaran Open ended adalah sebagai
berikut:
No
|
Tahap
|
Tingkah Laku Guru
|
1
|
Pemberian masalah
|
·
Mengorganisasikan kelas untuk belajar, kerja individual
atau kerja kelompok.
·
Menyampaikan kepada siswa tentang apa yang akan mereka
lakukan, menyelesaikan masalah, melakukan aktivitas, melanjutkan mempelajari
suatu topik atau mengerjakan tugas (proyek).
·
Menentukan cara menyelesaikan masalah. Siswa diminta
untuk mencatat pekerjaan mereka.
|
2
|
Pemecahan masalah
(berdiskusi dalam kelompok)
|
·
Siswa diberikan dalam berpikir matematika melalui
pengalaman belajarnya pada saat melakukan manipulasi, pengembangan
model-model, situasi, skema dan simbol-simbol, eksperimen dan pemecahan
masalah. Saat siswa berdiskusi mengerjakan tugas, guru berkeliling diantara
siswa mengamati dan mendengar serta bertanya dan memberi komentar. Siswa
diberikan masalah open-ended.
|
3
|
Presentase saling membagi (Sharing)
|
·
Siswa melaporkan penyelasian masalah mereka atas
kelompok, hasil aktivitas atau jawaban dan mempresentasikan di depan kelas.
·
Guru memimpin diskusi menyampaikan pertanyaan apakah,
mengapa, dan bagaimana siswa mencapai tujuan pelajaran. Pertanyaan akan
memungkinkan siswa untuk menggunakan berpikir tingkat tinggi. Saling bertukar
ide antar siswa.
|
4
|
Meringkas
|
·
Siswa memeriksa
kembali apa yang telah mereka lakukan atau pelajari
·
Siswa membuat laporan
tertulis apa yang telah mereka pelajari dengan meringkas materi yang
dipelajari yaitu mengenai materi.
|
5
|
Penilaian
|
·
Sebelum, selama dan
setelah pelajaran digunakan berbagai penilaian seperti observasi, wawancara,
portofolio, jurnal siswa, atau buku catatan harian, melengkapi tugas,
kontribusi kelompok, proyek, kuis dan tes
·
Penilaian ditekankan
pada aktivitas siswa dan hasil tes pada akhir pokok bahasan
|
b. Problem
Based Learning
Problem
based learning merupakan metode pembelajaran
untuk ‘belajar sepanjang hayat;”dan telah terbukti berpengaruh dalam
mengembangkan bentuk kompetensi yang baru. Fokus dari problem based learning adalah pengalaman belajar yang
terorganisisasi pada investigasi dan resolusi kompleks, masalah dunia nyata
yang tidak hanya memiliki satu jawaban yang benar. pembelajaran digambarkan
dengan siswa terlibat pemecahan masalah, terlibat dalam mengidentifikasi akar
masalah, dan dikiutsertakan dalam kondisi yang diperlukan dalam proses mencari
solusi yang tepat, sehingga menjadi pembelajar mandiri. problem based learning mengajarkan siswa cara belajar
Langkah-langkah atau sintaks pengimplementasi problem based learning pada dasarnya terdiri dari lima tahapan
utama (Arends, 2008; Mendikbud, 2014).
Langkah (fase)
|
Kegiatan Guru
|
Fase 1
Orientasi peserta
didik pada masalah
|
Menjelaskan
tujuan pembelajaran, mengorganisasikan pertanyaan dan masalah, serta logistik
yang diperlukan
Memotivasi
peserta didik untuk terlibat aktif dalam pemecahan masalah yang dipilih
|
Fase 2
Mengorganisasi
peserta didik untuk belajar (meneliti)
|
membantu
peserta didik mengorganisasikan tugas belajar, yang berhubungan dengan
masalah yang dipilih, dan memotivasi peserta didik untuk terlibat pada
aktivitas pemecahan masalah
|
Fase 3
Membimbing
penyelidikan individu (mandiri) maupun kelompok
|
membimbing
peserta didik untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan
eksperimen, dan mencari penjelasan dan solusi.
|
Fase 4
Mengembangkan dan
mempresentasikan hasil karya
|
membantu
peserta didik dalam
merencanakan
dan menyiapkan karya yang sesuai, seperti laporan, rekaman video, model-model
dan membantu mereka untuk menyampaikannya ke orang lain
|
Fase 5
Menganalisis dan
mengevaluasi proses pemecahan masalah
|
membantu
peserta didik untuk melakukan refleksi dan evaluasi terhadap penyelidikannya
dan proses-proses yang mereka gunakan
|
c.
Problem Solving
Problem solving adalah suatu proses mental dan intelektual dalam menemukan masalah dan
memecahkan berdasarkan data dan informasi yang
akurat, sehingga dapat diambil kesimpulan yang tepat dan cermat (Hamalik,
1994:151).
Menurut J. Dewey
(Thobroni, 2011:336), enam tahap dalam model pemecahan masalah (Problem
Solving) adalah :
1)
merumuskan masalah
2)
menelaah masalah
3)
merumuskan hipotesis
4)
mengumpulkan dan mengelompokkan
data sebagai pembuktian hipotesis
5)
pembuktian hipotesis
6)
menentukan penyelesaian masalah
4.
Tes
dan Penilaian Pemecahan Masalah
Metode atau teknik penilaian berupa tes
pemahaman konsep dan pemecahan masalah harus mampu menilai kemampuan proses
siswa. Tes yang dilakukan dapat berbentuk pilihan ganda, masalah masalah terbuka (open ended),
dan pertanyaan kinerja menggunakan
rubric.
Penilaian untuk pemecahan masalah dianggap
lebih sulit daripada penilaian untuk kemampuan kognitif lainnya karena harus
mampu menilai keseluruhan proses pemecahan masalah disamping hasilnya.
Penilaian untuk pemecahan masalah harus berdasarkan tujuan. Jika soal disajikan
dalam bentuk masalah rutin dan non rutin, maka penilaian yang dilakukan
berkaitan dengan keduanya
Reys, et.al. (1989), beberapa metode
penilaian yang dapat dilakukan adalah: (a) observasi, (b) inventori dan ceklis,
dan (c) paper and pencil test Krulik dan Rudnik (1995) berkaitan dengan
metode penilaian untuk pemecahan masalah. Beberapa metode penilaian yang dapat
digunakan adalah : (a) observasi, (b) jurnal metakognitif, (c) paragraf
kesimpulan (Summary paragraph), tes , portofolio.
Ada 17 keterampilan pemecahan masalah yang dapat dijadikan dasar dalam menulis butir
soal yang menuntut penalaran tinggi.
1)
Mengidentifikasi masalah
2) Merumuskan masalah dalam bentuk pertanyaan
3) Memahami kata dalam konteks
4) Mengidentifikasi masalah yang tidak sesuai
5) Memilih masalah sendiri
6) Mendeskripsikan berbagai strategi
7) Mengidentifikasi asumsi
8) Mendeskripsikan masalah
9) Memberi alasan masalah yang sulit
10) Memberi alasan solusi
11) Memberi alasan strategi yang digunakan
12) Memecahkan masalah berdasarkan data dan
masalah
13) Membuat strategi lain
14) Menggunakan analogi
15) Menyelesaikan secara terencana
16) Mengevaluasi kualitas solusi
17) Mengevaluasi strategi sistematika
Berkaitan dengan pemahaman konsep dan pemecahan masalah, menurut
Zulaiha (2006: 19), hasil belajar yang dinilai mencakup tiga aspek. Ketiga
aspek itu adalah pemahaman konsep, penalaran dan komunikasi, serta pemecahan
masalah. Ketiga aspek tersebut bisa
dinilai dengan menggunakan penilaian tertulis, penilaian kinerja, penilaian produk,
penilaian proyek, maupun penilaian portofolio. Adapun kriteria dari ketiga
aspek tersebut adalah:
a.
Pemahaman
Konsep
1) Menyatakan ulang sebuah konsep.
2) Mengklasifikasian objek-objek menurut sifat-sifat tertentu.
3) Memberi contoh dan non contoh dari konsep.
4) Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi
matematis.
5) Mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup suatu konsep.
6) Menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi
tertentu.
7) Mengaplikasikan konsep dan algoritma pemecahan masalah.
b.
Penalaran
dan Komunikasi
1) Menyajikan pernyataan matematika secara lisan, tertulis, gambar,
dan diagram.
2) Mengajukan dugaan.
3) Melakukan manipulasi matematika.
4)
Menarik
kesimpulan, menyusun bukti, memberikan alasan atau bukti terhadap
5) kebenaran solusi.
6) Menarik kesimpulan dari pernyataan.
7) Memeriksa kesahihan dari argumen.
8) Menemukan pola atau sifat dari gejala matematis untuk membuat
generalisasi.
c.
Pemecahan
Masalah
1)
Menunjukkan
pemahaman masalah
2) Mengorganisasikan data dan memilih informasi yang relevan dalam
pemecahan
3)
masalah.
4)
Menyajikan
masalah secara matematik dalam berbagai bentuk.
5)
Memilih
pendekatan dan metode pemecahan masalah secara tepat.
6)
Mengembangkan
strategi pemecahan masalah.
7)
Membuat dan
menafsirkan model matematika dari suatu masalah yang tidak rutin
5.
Problematika
Pemecahan Masalah
a)
Persepsi Guru
Guru kadang memandang
bahwa kemampuan memecahkan masalah dapat diberikan jika siswa sudah mengasai
seluruh konsep matematika, sehingga kadang-kadang diberikan di akhir pembahasan
suatu topic sebagai pelengkap topik tersebut. Guru menganggap bahwa
pembelajaran pemecahan masalah menyita waktu yang sangat banyak sehingga sering
mengganggu program pembelajaran.
b) Perencanaan Pembelajaran
Guru kurang
memersiapkan pembelajaran untuk pemecahan masalah sehingga pada pelaksanaannya
penyelesaian soal-soal pemecahan masalah hanya sekedar latihan soal-soal
cerita.
c) Pelaksanaan Pembelajaran
Guru melaksanakan
pembelajaran pemecahan masalah di akhir proses pembelajaran sebagai latihan
soal cerita, belum dianggap sebagai suatu tujuan pembelajaran secara khusus
berupa pendekatan pembelajaran
d) Penilaian Pembelajaran
Guru jarang menggunakan
teknik-teknik penilaian yang seperti itu. Penilaian hanya dilakukan seperti
pada tes uraian biasa sehingga kurang mendeskripsikan kemampuan siswa dalam
memecahkan masalah.
e)
Media atau alat peraga
Guru hanya menggunakan sajian soal dari buku yang kurang
memberikan ruang kreativitas siswa dalam memecahkan masalah. Sehingga LKS yang
tersedia hanya berupa langkah-langkah, seperti: ”Diketahui”; ”Ditanyakan”; dan
”Dijawab”. Sementara alat peraga manipulatif jarang digunakan
C.
Hasil
Penelitian antara Pemahaman Konsep dan Pemecahan Masalah
1.
Nakhleh
(dalam Chiu, 2000) melakukan penelitian
tentang hubungan antara kemampuan pemecahan
masalah algoritmik dan pemahaman
konsep kimia. Hasilnya menunjukan bahwa
siswa dapat terampil menyelesaikan
pemecahan masalah algoritmik namun memiliki
pemahaman konsep kimia yang
terbatas
2.
Yarroch (dalam Finney, 2007) melakukan penelitian
mengenai kemampuan siswa
dalam memecahkan masalah
persamaan reaksi. Hasilnya
menunjukkan bahwa beberapa
siswa dapat dengan benar menyelesaikan persamaan reaksi,
tetapi tidak dapat menjelaskan makna dari koefisien pada
persamaan reaksi.
3.
Pratiwi (2007)
meneliti tentang hubungan antara
pemahaman konsep dan pemecahan masalah pada materi hidrokarbon
menunjukkan bahwa hasilnya tidak menunjukkan
hubungan yang signifikan.
Dari
penelitian-penelitian tersebut
menunjukkan bahwa siswa
yang dapat memecahkan masalah dengan
baik belum tentu memiliki
pemahaman konsep yang baik.
D. PENTINGNYA
PEMAHAMAN KONSEP DAN PEMECAHAN MASALAH
Gagasan pengembangan
pemahaman konsep dan kemampuan pemecahan masalah sains dilandasi oleh beberapa konsepsi teoretis:
1.
Sains
adalah ilmu yang dinamis
2.
Pembelajaran
tidak hanya mengingat fakta tetapi juga pemahaman dan matematis
3.
Pembelajaran
siswa mendorong siswa untuk memecahkan masalah
4.
Effort to solve problem and apply meaningful knowedge must be preceded
by positive attitude and effort to understand it
Landasan teoretis sebagai alternatif pijakan dalam mengemas
pembelajaran untuk pemahaman (learning for understanding) sekaligus
dalam pengembangan kemampuan pemecahan masalah sains adalah sebagai berikut:
1.
Tiga
wawasan berpikir dalam pembelajaran sains : (a) to present subject matter is
not teaching, (b) to store stuff away in the memory is not learning (c)
to memorize what is stored away is not proof of understanding
(Nachtigall, 1998:1).
2.
Guru
sains dianjurkan untuk mengurangi berceritera
dalam pembelajaran, tetapi lebih banyak mengajak para peserta didik untuk bereksperimen
dan memecahkan masalah (Williams, 2005)
3.
Guru
sains dianjurkan lebih banyak
menyediakan context-rich problem dan mengurangi context-poor problem dalam
pembelajaran (Yerushalmi & Magen, 2006)
No comments:
Post a Comment