PENILAIAN ACUAN KRETERIA DAN
PENILAIAN ACUAN NORMA
A.
Pendahuluan
Dalam pelaksanaan sebuah kegiatan pendidikan
diperlukan rangkaian dari berbagai tahapan yang dapat mendukung terlaksananya
kegiatan pendidikan yang baik serta dapat tercapainya tujuan yang menjadi
sasaran dalam proses pendidikan. Adapun tahapan yang menjadi rangkaian dalam
proses pendidikan meliputi tahapan perencanaan, pelaksanaan, serta evaluasi.
Seluruh tahapan tersebut harus terdapat dalam sebuah pendidikan dan
dilaksanakan secara berurutan dan wajib dilaksanakan.
Evaluasi merupakan tahapan akhir dari suatu kegiatan
pembelajaran, tahapan ini dilakukan untuk mendapatkan informasi terkait
keterlaksanaan pembelajaran secara keseluruhan. Bentuk evaluasi dari sebuah
pembelajaran meliputi evaluasi dari segi perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
ketercapaian kompetensi siswa sesuai dengan kompetensi belajar yang diharapkan.
Untuk mendapatkan informasi tersebut maka diperlukan sebuah instrumen yang
dapat mengukur capaian hasil belajar terutama pada bagian kognitif.
Hasil pengukuran
dapat menggambarkan derajat baik secara kualitas maupun kuantitas dan eksistensi keterlaksanaan pembelajaran yang diberikan. Namun hasil pengukuran belum dapat digunakan sebagai acuan pengambilan
keputusan dari kualitas dan kuantitas jika belum memiliki pembandingan dengan suatu acuan atau bahan pembanding. Pada akhirnya proses
membandingkan antara hasil pengukuran dengan acuan pembanding disebut sebagai proses penilaian.
Pengolahan hasil
tes merupakan kegiatan lanjutan dalam sebuah administrasi evaluasi program
pendidikan, kegiatan yang
dilakukan yaitu memeriksa
hasil ujian dan mencocokkan jawaban peserta dengan kunci jawaban untuk tes
kognitif dan tes keterampilan. Pendekatan dalam acuan penilaian untuk
membandingkan hasil pengukuran evaluasi sebuah program pendidikan atau kegiatan
pembelajaran terbagi atas pendekatan penilaiaan hasil belajar dengan penilaian
acuan normal (PAN) dan penilaian acuan
Patoka (PAP/PAK).
B. Pembahasan
1. Penilaian
Acuan Patokan
a. Pengertian
Penilaian Acuan Patokan
Salah satu bentuk ukuran pembanding yang dapat
digunakan sebagai acuan dalam menganalisis hasil pengukuruan dari sebuah instrumen
evaluasi secara kognitif maupun keterampilan adalah Penilaian dengan Acuan
Patokan (PAP) atau yang lebih dikenal dengan istilah Criterion Referenced Measurement. Wickstorm (2005:15)
menyatakan bahwa istilah penilaian dengan acuan patokan pertama kali dikenalkan
oleh Glaser dan Klaus pada tahun 1963. Penilaian dengan acuan patokan secara
teknis dijelaskan oleh Glaser dan Klaus melalui sebuah papernya yang ditulis
oleh mereka dengan judul “Instructional
technology and the measurement of learning outcomes. Some questions”. Pada
perkembangannya jenis ukuran pembanding ini menjadi salah satu acuan yang
banyak digunakan dalam mengukur ketercapaian kompetensi pembelajaran terutama
dalam evaluasi yang bentuk evaluasi formatif.
PAP
berdasarkan pendapat Arifin (2009:233) adalah membandingkan skor
yang diperoleh peserta didik dengan suatu standar atau norma absolut. PAP pada
umumnya digunakan untuk menafsirkan hasil tes formatif. Pendekatan ini lebih berfokus pada apa yang dapat dikerjakan
dan didapatkan
oleh peserta didik selama proses belajar dan mengajar. Dengan kata lain,
kemampuan-kemampuan apa yang telah dicapai oleh peserta didik sesudah
menyelesaikan satu bagian kecil dari suatu keseluruhan program. Jadi, PAP berfungsi
untuk mengetahui dan menganalisa peruhal yang dapat dikerjakan oleh peserta didik dan bukan
membandingkan seorang peserta didik dengan peserta
didik lainnya,
melainkan dengan suatu kriteria atau patokan yang spesifik dan
sesuai dengan kompetensi yang telah diajarkan kepada peserta didik.
Kriteria
yang dimaksud adalah suatu tingkat pengalaman belajar atau sejumlah kompetensi
dasar yang telah ditetapkan terlebih dahulu sebelum kegiatan belajar
berlangsung. Misalnya, dalam suatu materi, guru
menentukan bahwa seorang siswa dapat melanjutkan
pembelajaran ke materi selanjutnya jika siswa tersebut mampu meraih skor tes
ulangan formatif dengan kriteria skor hasil tes diatas atau
sama dengan skor 75 dari skala skor 100. Bagi peserta didik yang kemampuannya dibawah
kriteria yang telah ditetapkan dinyatakan tidak berhasil dan harus mendapatkan
remedial. Tujuan PAP adalah untuk
mengukur secara pasti tujuan atau kompetensi yang ditetapkan sebagai kriteria
keberhasilannya.
PAP
sangat bermanfaat dalam upaya meningkatkan kualitas hasil belajar sebab peserta
didik diusahakan untuk mencapai standar yang telah ditentukan, dan hasil
belajar peserta didik dapat diketahui derajat pencapaiannya. Untuk menentukan
batas lulus (passing grade) dengan pendekatan ini, setiap skor peserta didik
dibandingkan dengan skor ideal yang mungkin dicapai oleh peserta didik. Guru
yang menggunakan model pendekatan PAP ini dituntut untuk selalu mengarahkan,
membantu dan membimbing siswa kearah penguasaan minimal sejak pembelajaran
dimulai, sedang berlangsung dan sampai berakhirnya pembelajaran. Kompetensi yang dirumuskan dalam Tujuan Khusus Pembelajaran (TKP) merupakan arah, petunjuk, dan
pusat kegiatan dalam pembelajaran. Penggunaan tes formatif dalam penilaian ini
sangat mendukung untuk mengetahui keberhasilan belajar siswa. Pelaksanaan PAP
tidak memerlukan perhitungan statistik melainkan hanya tingkat penguasaan
kompetensi minimal.
Sebagai salah satu bentuk acuan
penilaian, terdapat perbedaan antara PAP dengan Penilaian dengan Acuan Normal.
Perbedaan yang dimaksud dapat ditinjau dari kriteria pengembangan tes, standar
penilaian performance siswa dan tujuan pelaksanaan tes. Dalam prosedur
pengembangan instrumen tes jika seorang evaluator atau dalam hal ini guru
menggunakan acuan PAP maka tes yang disusun terdiri dari soal-soal yang
didasarkkan pada tujuan pembelajaran sedangkan jika pada PAN soal tes tidak hanya
disusun berdasarkan pelajaran yang diterima siswa, selanjutnya instrumen
disusun sesuai dengan prasarat yang telah disepakati seperti yang tercantum
dalam TIK, sedangkan pada PAN penyusunan instrumen tes tidak memerlukan
prasyarat capaian yang diharapkan pada awal pembelajaran.
Perbedaan PAP dan PAN jika ditinjau
dari standar performa, pengukur performa dalam menempuh tes didsarkan pada
standar yang telah ditetapkan sedangkan pada PAN ketentuan tetap siswa yang
berprestasi tersebar sebesar 80% dari total peserta pengukuran. Distribusi
nilai hasil pengukuran dengan menggunakan PAP cenderung tidak menyerupai kurva
normal, karena instrumen pengukuran telah disusun sedemikian rupa agar dapat
dicapai oleh siswa secara optimal, sedangkan pada PAN penlian didasarkan secara
natural berdasakan prestasi siswa secara apa adanya. Pada PAN perolehan nilai
dikelompokkan berdasarkan kelas yang telah ditentukan, sedangkan pada PAP
perolehan nilai dan ketentuan kelulusan didasarkan pada batas kriteria
kelulusan minimum (KKM).
Perbedaan yang paling mendasar dari
PAP dan PAN adalah yaitu tujuan pelaksanaan tes, tes dengan menggunanakan PAP
cenderung dilakukan dengan maksud untuk mengklasifikasikan seseorang pada
kualifikasi tertentu, serta untuk mendiagnosa kegiatan belajar dan pembelajaran
yang telah dilakukan, dan untuk mendiagnosa capaian pembelajaran serta
kesulitan belajar yang dirasakan oleh siswa selama mengikuti proses pendidikan.
Instrumen tes yang disusun sesuai dengan kriteria PAN dilakukan cenderung untuk
menentukan peringkat, seleksi pada individu dalam suatu kelompok.
Kelebihan
penggunaan PAP pada proses belajar mengajar diantaranya adalah untuk membantu
guru merancang program remidi Tidak
membutuhkan perhitungan statistik
yang rumit. Dapat
mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran Nilai kriteria bersifat tetap selama
standar yang digunakan sama. Hasil penilaian dapat digunakan untuk umpan balik
atau untuk mengetahui apakah tujuan pembelajaran sudah tercapai atau belum. Banyak digunakan untuk kelas dengan
materi pembelajaran berupa konsep
serta mudah
menilai karena ada patokan.
b.
Ciri
– Ciri Penilaian Acuan Patokan
Adapun ciri-ciri
penilaian acuan patokan ialah sebagai berikut:
1. Membandingkan
hasil yang diperoleh siswa dengan menggunakan patokan atau kreteria yang ditentukan
oleh guru. Kreteria dalam proses pembelajaran selalu mengacuh pada tujuan
instruksional umum dan tujuan instruksional khusus.
2. Bersifat
objektif dan absolut
3. Digunakan
untuk menilai kemampuan siswa dalam menguasai kompetensi tertentu
c.
Menentukan
Nilai Menurut PAK
Menentukan nilai
PAK dapat dilakukan dengan mencari rata-rata nilai siswa yang didapatkan dari
ulangan ataupun tugas kemudian dikonversikan nilai dalam huruf jika pada
tingkatan mahasiswa. Adapun langkah yang dilakukan pada PAP adalah sebagai
berikut:
1. menentukan skor proporsi yaitu
dengan rumus
Dimana B adalah banyaknya butir tes yang
dijawab benar atau jumlah skor jawaban benar pada setiap butir/item soal sedangkan
St adalah skor teoritis
2. menentukan batas menimal nilai
ketuntasan
Biasanya batas menimal ketuntasan menurut
Depdikbud RI atau sekolah ialah 60%.
d.
Pemanfaatan
PAP
Adapaun penerapan dalam PAP ialah sebagai
berikut:
1.
Penempatan sesorang dalam rentetan kegiatan belajar
2. Untuk mendiagnosis kemampuan seseorang
dalam pelaksanaan pembelajaran.
3. Digunakan untuk memonitor kemajuan
siswa dalam pelaksanaan pembelajaran.
4. Dapat digunakan sebagai bentuk
evaluasi keterlaksanan kurikulum yang digunakan
5. Dapat digunakan sebagai alat
pendeteksi kemampuan siswa yang memliki kemampuan khusus dalam bidang pelajaran
tertentu.
6. Dapat digunakan sebagai alat untuk
melihat kelemahan serta kelibihan program serta dapat dijadikan umpan balik
untuk perbaikan program selanjutnya.
2.
Penilaian
Acuan Norma
a.
Pengertian
Acuan Norma
Penilaian
acuan norma atau disingkat dengan dengan PAN ialah penilaian yang membandingkan
hasil belajar yang didapatkan siswa dalam kelompoknya. Tes acuan norma yaitu
perbandingan kerja siswa dengan hasil belajar siswa lain. Tes acuan norma
berasumsi bahwa kemampuan siswa itu berbeda dan dapat digambarkan menurut
distribusi normal. Distribusi normal pada PAN artinya siswa yang mendapatkan
nilai rendah sedikit, siswa yang mendapatkan nilai sedang banyak sedangkan
siswa yang mendapatkan nilai tinggi sedikit jika kumpulan skor bersifat
heterogen. Distribusi normal merupakan distribusi khusus yang sangat membantu
dalam menafsirkan skor tes. Perbedaan kemampuan setiap orang harus ditunjukkan pada
hasil pengukuran. Hasil tes seseorang siswa dibandingkan dengan kelomponya
supaya mengetahui posisi siswa tersebut. Acuan ini banyak digunakan dalam tes
seleksi atau ujian masuk karena memang sengaja dimaksudkan untuk membedakan
kemampuan siswa. Hanya siswa yang dianggap mampu memenuhi batas lulus tertentu
yang diterimah. Penilaian acuan norma bersifat relatif karena pendoman
kelulusan siswa dengan menggunakan PAN tidak diberlakukan untuk kelompok lain
atau digenerilisasi. Ada beberapa pendapat tentang pengertian penilaian acuan
norma yaitu
a. Acuan
norma merupakan elemen pilihan yang meberikan daftar dokument normatif yang
diacu dalam standar sehingga acuan tersebut tidak terpisahkan dalam penerapan
standar.
b. Pengolhan
dan pengubahan skor mentah menjadi nilai dilakukan dengan mengacu pada norma
atau kelompok.
c. PAN
merupakan nilai sekelompok siswa dalam pelaksanaan pembelajaran berdasarkan
tingkat kemampuan siswa dalam kelompok tersebut.
d. PAN
digunakan untuk membandingkan dengan rata-rata nilai yang didapatkan seluruh
siswa dalam kelompok jadi semua nilai dalam kelompok tersebut digunakan sebagai
penentuan standar kelulusan.
e. Penilaian
siswa dibandingkan dengan nilai teman lainnya.
Tujuan
dari PAN biasanya lebih umum dan komprehensif serta meliputi suatu bidang isi
dan tugas belajar besar. Jika pada kelompok yang terdapat siswa pintar-pintar
maka standar kelulusan siswa akan tinggi sebaliknya jika pada kelompok terdapat
siswa kurang pintar maka standar kelulusan akan rendah. Pembuatan soal untuk
mengukur kemampuan siswa tidak berdasarkan kompetensi yang relevan dengan
siswa.
b.
Ciri
Penilaian Acuan Norma
Adapaun ciri-ciri dalam
penilaian acuan norma adalah sebagai berikut:
a. Penilaian
acuan norma digunakan untuk menentukan kreteria siswa dibandingkan dengan siswa
yang ada dalam kelompok.
b. Penilaian
acuan norma bersifat relatif artinya standar atau kreteria kelulusan siswa bisa
berubah-ubah tergantung dari situasi dalam kelompok tersebut.
c. Nilai
yang digunakan pada penilaian acuan menggambarkan posisi siswa dalam kelompok
bukan mengambarkan kompetensi yang didapatakan siswa
d. Penilaian
acuan normatif menggambarkan penguasaan kelompok.
e. Semua
nilai siswa yang didapatkan digunakan sebagai penentuan standar kelulusan untuk
melihat posisi siswa dalam kelompok.
c.
Menfasirkan
Skor dengan Acuan Norma
Menfasirkan
skor tes dengan acuan norma memberikan gambaran kepada kita bagaimana seorang
siswa ketika dibandingkan dengan siswa lain yang mengambil tes sama. Hal
terpenting ketika menggunakan acuan norma adalah kelompok acuan harus menggambarkan
atau mewakili keseluruhan siswa yang mengambil te. Kelompok acuan juga harus
didefinisikan terlebih dahulu unttuk standarisasi tes. Oleh karena itu, kita
perlu melihat siswa lain yang memiliki kesamaan umur, kelas dan latar belakang
pendidikan. Langkah pertama yaitu mendefinsikan secara jelas siapa populasi tes
itu dirancang atau akan digunakan.
Acuan
norma memungkinkan untuk menjawab beberapa pertanyaan berikut: (a) bagaimanakah
kemampuan seseorang siswa dibandingkan dengan siswa lain pada tes tertentu?;
(b) bagaimanakah kemampuan seorang siswa
pada tes dibandingkan dengan kemampuan tes lainnya?; (c) bagaimanakah
kemampuan siswa pada satu bentuk tes dibandingkan dengan kemampuan pada bentuk
tes lainnya? Pembandingan skor tes tersebut memungkinkan untuk memprediksi
keberhasilan siswa.
Dalam
menggunakan acuan norma , skor tes perlu dikonversikan ke dalam skor baku.
Konversi ke dalam skor baku dilakukan dengan mentransformasikan secara linier
skor tes pada skal yang dinginkan dengan terlebih dahulu menghitung rata-rata
dan simpangan baku. Pada resum ini akan membahas T-skor dengan rumus:
Dimana
Contoh seorang siswa
mendapatkan nilai mentah besarnya 90 makan nila skor baku ialah 65. Jadi skor
hasil konversi tidak harus 100 karena terganting dari nilai rata-rata dan
standar deviasi kelompok tersebut. Maka jika mahasiswa mendapatkan nilai A maka
bukan berarti nilai rentangnya ialah dari 85 sampai 100. Contoh lain skor tes
IQ tidak menetapkan skor tertinggi hasil konversi 100 dan terendah 0. Namun
skor tes IQ memungkinkan menggunakan mean 100 dan simpangan baku 15.
C.
Kesimpulan
Pengukuran dalam proses pendidikan dilakukan melalui
kegiatan evaluasi. Pada tahapan evaluasi pendidik melakukan pengukuran dengan
menggunakan instrumen tes untuk mendapatkan informasi ketercapaian hasil
belajar siswa. sebuah hasil pengukuran harus memiliki nilai. Bentuk acuan penilaian
adalan penilaian dengan acuan patokan dan penilaian acuan norma. Penilaian acuan dengan patokan (PAP) merupakan
salah satu standar acuan penilaian.
Pada PAP penilaian yang dilakukan disesuaikan dengan
kriteria pelaksanaan program pendidikan. Penyusunan instrumen tes dengan
menggunakan acuan patokan disesuaikan dengan prasarat kebutuhan pembelajaran
yang diberikan kepada siswa, soal tes disusun sesuai dengan materi yang telah
dipelajari oleh siswa serta tujuan tes secara umum adalah untuk mengklasifikasikan
individu sesuai dengan kualfikasi, serta dalam proses belajar hasil penilaian
dapat digunakan sebagai bahan diagnosis dari proses pembelajaran yang telah
dilakukan serta mendiagnosis kesulitan belajar yang mungkin dialami oleh siswa.
Kelebihan dari penggunaan PAP dalam kegaitan belajar
mengajar adalah dapat membantu guru dalam merancang pembelajaran remedial,
yaitu melalui informasi soal yang masih banyak dijawab oleh siswa. Disamping
itu dengan menggunakan PAP guru dapat mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran
serta memudahkan guru dalam menilai karena instrumen tes disusun sesuai dengan
patokan pembelajaran.
Penialaian acuan
norma merupakan penilaian membandingkan siswa dengan kelompok. Penialian acuan
norma bersifat relatif artinya tergantung dari konsidi serta situasi yang
terjadi pada kelompok tersebut. Penggunaan PAN membiarkan siswa berkembanga apa
adanya. Namun demikian guru tetap menggunakan tujuan khusus pembelajaran
sebagai tuntutan kompetensi tetapi digunakan guru sebagai pedoman pemberian
skor melainkan hanya digunakan sebagai acuan guru membuat butir soal.
Perbedaan penilaian
acuan patokan dan penilaian acuan norma dapat dilihat dari tiga elemen yaitu
dari pengembangan tes, standar penilaian perfomance siswa dan maksud tes
a. Perbedaaan
PAP dan PAN dari sesi pengembangan tes
Penilaian Acuan Patokan
|
Penilaian Acuan Norma
|
Soal-soal tes disusun berdasarkan tujuan
khusus pembelajaran
|
Soal tes tidak hanya berdasarkan pelajaran
apa yang diterima siswa
|
Setiap tes mempunyai prasyarat dalam menyelesaikannya
|
Tidak memnetingkan kemampuan prasyarat
dalam penyususan tes
|
Dasar pertimbangan dalam penyususan
berdasarkan kreteria tertentu
|
Dasar pertimbangan ditentukan dari hasil
yang didapatkan oleh siswa
|
Mementingkan butir soal tes berdasarkan
tujuan instruksional
|
Membuat kategori pada level sedang
|
b. Perbedaan
PAP dan PAN dari sesi standar Performance
Penilaian Acuan Patokan
|
Penialain Acuan Norma
|
Standar perfomance berdasarkan bentuk
tingkah laku
|
Standar performance berdasarkan jumlah soal
yang dijawab benar oleh siswa dibandingkan dengan siswa lain yang menempuh
soal yang sama
|
Pengukuran performance diukur berdasarkan
standar performance yang telah ditetapkan
|
Prestasi siswa ialah 80% dari siswa lain
|
Distribusi nilai tidak menyerupai kurva
normal
|
Penilaian berdasarkan apa adanya yang
diperoleh siswa
|
Didasarkan pada KKM
|
Didasarkan pada nilai kelompok
|
c. Kelebihan
Penilaian Acuan Patokan dan Penilaian Acuan Kreteria
Penilaian
Acuan Patokan
|
Penilaian
Acuan Norma
|
Dapat membantu guru merancang program remidial
|
Dapat digunakan untuk mendapatkan nilai maksimal
|
Tidak memerlukan statistik yang rumit
|
Dapat membedakan siswa yang pintar dan kurang pintar
|
Dapat mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran
|
Dapat menyesuaikan dengan kondisi yang berbeda-beda
|
Nilai bersifat tetap selama standar masih digunakan
|
Mudah menilai karena tidak ada patokan
|
Banyak digunakan untuk kelas dengan materi pembelajaran
berupa konsep
|
Dapat menilai afektif, psikomotorik dan kognitif
|
Mudah menilai karena ada patokan
|
|
Sedangkan
untuk maksud dari penilaian acuan patokan ialah untuk mendiagnosis belajar
siswa sedangkan penilaian acuan norma untuk melihat posisi siswa dalam
kelompok.
d.
Karakteristik
acuan norma dan acuan kreteria
No.
|
Acuan Norma
|
Acuan Kreteria
|
1
|
Membandingkan seseorang dengan
kemampuan dalam kelompok, bersifat relatif
|
Membandingkan kemampuan seseorang
dengan sesuatu tingkatakn atau kreteria khusus, bersifat mutlak.
|
2
|
Agar interpretasinya bermanfaat,
diperlukan suatu acuan kelompok yang relevan
|
Agar interpretasinya bermanfaat maka
diperlukan definis pengetahaun atau materi secara hati-hati
|
3
|
Biasanya mencakup pengetahuan yang
lebih luas
|
Biasanya menggunakan materi yang sempit
dan terbatas
|
4
|
Memuat lebih sedikit butir tes untuk
mengukur setiap tujuan tes
|
Memuat banyak butir tes dalam mengukur
|
5
|
Butir tes dipilih dari kesulitan
menengah. Butir soal yang mudah dan sulit dihilangkan
|
Butir soal tes mencangkup materi,
tingkat kesulitan disesuaikan dengan materi
|
6
|
Contoh: peringkat persentil. Suatu peringkat
persentil 80 menunjukkan bahwa kelompok ada 80% peserta tes lainnya yang
memiliki kemampuan kurang atau sama dengan kemampuan peserta tes tersebut
|
Contoh: persentasi skor jawaban benar.
Persentasi jawaban benar 80 menunjukkan bahwa peserta tes berhasil menjawab
secara benar 80% dari butir tes yang diajukan
|
(Dikutip dari Kusaeri dan Suprananto,
2012:48)
No comments:
Post a Comment