Tuesday, 19 January 2016

PENILAIAN ACUAN KRETERIA DAN PENILAIAN ACUAN NORMA

PENILAIAN ACUAN KRETERIA DAN PENILAIAN ACUAN NORMA

PENILAIAN ACUAN KRETERIA DAN PENILAIAN ACUAN NORMA

A.    Pendahuluan
Dalam pelaksanaan sebuah kegiatan pendidikan diperlukan rangkaian dari berbagai tahapan yang dapat mendukung terlaksananya kegiatan pendidikan yang baik serta dapat tercapainya tujuan yang menjadi sasaran dalam proses pendidikan. Adapun tahapan yang menjadi rangkaian dalam proses pendidikan meliputi tahapan perencanaan, pelaksanaan, serta evaluasi. Seluruh tahapan tersebut harus terdapat dalam sebuah pendidikan dan dilaksanakan secara berurutan dan wajib dilaksanakan.
Evaluasi merupakan tahapan akhir dari suatu kegiatan pembelajaran, tahapan ini dilakukan untuk mendapatkan informasi terkait keterlaksanaan pembelajaran secara keseluruhan. Bentuk evaluasi dari sebuah pembelajaran meliputi evaluasi dari segi perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi ketercapaian kompetensi siswa sesuai dengan kompetensi belajar yang diharapkan. Untuk mendapatkan informasi tersebut maka diperlukan sebuah instrumen yang dapat mengukur capaian hasil belajar terutama pada bagian kognitif.
Hasil pengukuran dapat menggambarkan derajat baik secara kualitas maupun kuantitas dan eksistensi keterlaksanaan pembelajaran yang diberikan. Namun hasil pengukuran belum dapat digunakan sebagai acuan pengambilan keputusan dari kualitas dan kuantitas jika belum memiliki pembandingan dengan suatu acuan atau bahan pembanding. Pada akhirnya proses membandingkan antara hasil pengukuran dengan acuan pembanding disebut sebagai proses penilaian.
Pengolahan hasil tes merupakan kegiatan lanjutan dalam sebuah administrasi evaluasi program pendidikan, kegiatan yang dilakukan yaitu memeriksa hasil ujian dan mencocokkan jawaban peserta dengan kunci jawaban untuk tes kognitif dan tes keterampilan. Pendekatan dalam acuan penilaian untuk membandingkan hasil pengukuran evaluasi sebuah program pendidikan atau kegiatan pembelajaran terbagi atas pendekatan penilaiaan hasil belajar dengan penilaian acuan normal (PAN) dan penilaian acuan Patoka (PAP/PAK).
               B.     Pembahasan
1.      Penilaian Acuan Patokan
a.      Pengertian Penilaian Acuan Patokan
Salah satu bentuk ukuran pembanding yang dapat digunakan sebagai acuan dalam menganalisis hasil pengukuruan dari sebuah instrumen evaluasi secara kognitif maupun keterampilan adalah Penilaian dengan Acuan Patokan (PAP) atau yang lebih dikenal dengan istilah Criterion Referenced Measurement. Wickstorm (2005:15) menyatakan bahwa istilah penilaian dengan acuan patokan pertama kali dikenalkan oleh Glaser dan Klaus pada tahun 1963. Penilaian dengan acuan patokan secara teknis dijelaskan oleh Glaser dan Klaus melalui sebuah papernya yang ditulis oleh mereka dengan judul “Instructional technology and the measurement of learning outcomes. Some questions”. Pada perkembangannya jenis ukuran pembanding ini menjadi salah satu acuan yang banyak digunakan dalam mengukur ketercapaian kompetensi pembelajaran terutama dalam evaluasi yang bentuk evaluasi formatif.
PAP berdasarkan pendapat Arifin (2009:233) adalah membandingkan skor yang diperoleh peserta didik dengan suatu standar atau norma absolut. PAP pada umumnya digunakan untuk menafsirkan hasil tes formatif. Pendekatan ini lebih berfokus pada apa yang dapat dikerjakan dan didapatkan oleh peserta didik selama proses belajar dan mengajar. Dengan kata lain, kemampuan-kemampuan apa yang telah dicapai oleh peserta didik sesudah menyelesaikan satu bagian kecil dari suatu keseluruhan program. Jadi, PAP berfungsi untuk mengetahui dan menganalisa peruhal yang dapat dikerjakan oleh peserta didik dan bukan membandingkan seorang peserta didik dengan peserta didik lainnya, melainkan dengan suatu kriteria atau patokan yang spesifik dan sesuai dengan kompetensi yang telah diajarkan kepada peserta didik.
Kriteria yang dimaksud adalah suatu tingkat pengalaman belajar atau sejumlah kompetensi dasar yang telah ditetapkan terlebih dahulu sebelum kegiatan belajar berlangsung. Misalnya, dalam suatu materi, guru menentukan bahwa seorang siswa dapat melanjutkan pembelajaran ke materi selanjutnya jika siswa tersebut mampu meraih skor tes ulangan formatif dengan kriteria skor hasil tes diatas atau sama dengan skor 75 dari skala skor 100.  Bagi peserta didik yang kemampuannya dibawah kriteria yang telah ditetapkan dinyatakan tidak berhasil dan harus mendapatkan remedial. Tujuan PAP adalah untuk mengukur secara pasti tujuan atau kompetensi yang ditetapkan sebagai kriteria keberhasilannya.
PAP sangat bermanfaat dalam upaya meningkatkan kualitas hasil belajar sebab peserta didik diusahakan untuk mencapai standar yang telah ditentukan, dan hasil belajar peserta didik dapat diketahui derajat pencapaiannya. Untuk menentukan batas lulus (passing grade) dengan pendekatan ini, setiap skor peserta didik dibandingkan dengan skor ideal yang mungkin dicapai oleh peserta didik. Guru yang menggunakan model pendekatan PAP ini dituntut untuk selalu mengarahkan, membantu dan membimbing siswa kearah penguasaan minimal sejak pembelajaran dimulai, sedang berlangsung dan sampai berakhirnya pembelajaran. Kompetensi yang dirumuskan dalam Tujuan Khusus Pembelajaran (TKP) merupakan arah, petunjuk, dan pusat kegiatan dalam pembelajaran. Penggunaan tes formatif dalam penilaian ini sangat mendukung untuk mengetahui keberhasilan belajar siswa. Pelaksanaan PAP tidak memerlukan perhitungan statistik melainkan hanya tingkat penguasaan kompetensi minimal.
Sebagai salah satu bentuk acuan penilaian, terdapat perbedaan antara PAP dengan Penilaian dengan Acuan Normal. Perbedaan yang dimaksud dapat ditinjau dari kriteria pengembangan tes, standar penilaian performance siswa dan tujuan pelaksanaan tes. Dalam prosedur pengembangan instrumen tes jika seorang evaluator atau dalam hal ini guru menggunakan acuan PAP maka tes yang disusun terdiri dari soal-soal yang didasarkkan pada tujuan pembelajaran sedangkan jika pada PAN soal tes tidak hanya disusun berdasarkan pelajaran yang diterima siswa, selanjutnya instrumen disusun sesuai dengan prasarat yang telah disepakati seperti yang tercantum dalam TIK, sedangkan pada PAN penyusunan instrumen tes tidak memerlukan prasyarat capaian yang diharapkan pada awal pembelajaran.
Perbedaan PAP dan PAN jika ditinjau dari standar performa, pengukur performa dalam menempuh tes didsarkan pada standar yang telah ditetapkan sedangkan pada PAN ketentuan tetap siswa yang berprestasi tersebar sebesar 80% dari total peserta pengukuran. Distribusi nilai hasil pengukuran dengan menggunakan PAP cenderung tidak menyerupai kurva normal, karena instrumen pengukuran telah disusun sedemikian rupa agar dapat dicapai oleh siswa secara optimal, sedangkan pada PAN penlian didasarkan secara natural berdasakan prestasi siswa secara apa adanya. Pada PAN perolehan nilai dikelompokkan berdasarkan kelas yang telah ditentukan, sedangkan pada PAP perolehan nilai dan ketentuan kelulusan didasarkan pada batas kriteria kelulusan minimum (KKM).
Perbedaan yang paling mendasar dari PAP dan PAN adalah yaitu tujuan pelaksanaan tes, tes dengan menggunanakan PAP cenderung dilakukan dengan maksud untuk mengklasifikasikan seseorang pada kualifikasi tertentu, serta untuk mendiagnosa kegiatan belajar dan pembelajaran yang telah dilakukan, dan untuk mendiagnosa capaian pembelajaran serta kesulitan belajar yang dirasakan oleh siswa selama mengikuti proses pendidikan. Instrumen tes yang disusun sesuai dengan kriteria PAN dilakukan cenderung untuk menentukan peringkat, seleksi pada individu dalam suatu kelompok.
Kelebihan penggunaan PAP pada proses belajar mengajar diantaranya adalah untuk membantu guru merancang program remidi Tidak membutuhkan perhitungan statistik yang rumit. Dapat mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran  Nilai kriteria bersifat tetap selama standar yang digunakan sama. Hasil penilaian dapat digunakan untuk umpan balik atau untuk mengetahui apakah tujuan pembelajaran sudah tercapai atau belum. Banyak digunakan untuk kelas dengan materi pembelajaran berupa konsep serta mudah menilai karena ada patokan.
b.      Ciri – Ciri Penilaian Acuan Patokan
Adapun ciri-ciri penilaian acuan patokan ialah sebagai berikut:
1.      Membandingkan hasil yang diperoleh siswa dengan menggunakan patokan atau kreteria yang ditentukan oleh guru. Kreteria dalam proses pembelajaran selalu mengacuh pada tujuan instruksional umum dan tujuan instruksional khusus.
2.      Bersifat objektif dan absolut
3.      Digunakan untuk menilai kemampuan siswa dalam menguasai kompetensi tertentu
c.       Menentukan Nilai Menurut PAK
Menentukan nilai PAK dapat dilakukan dengan mencari rata-rata nilai siswa yang didapatkan dari ulangan ataupun tugas kemudian dikonversikan nilai dalam huruf jika pada tingkatan mahasiswa. Adapun langkah yang dilakukan pada PAP adalah sebagai berikut:
1. menentukan skor proporsi yaitu dengan rumus
Dimana B adalah banyaknya butir tes yang dijawab benar atau jumlah skor jawaban benar pada setiap butir/item soal sedangkan St adalah skor teoritis
2. menentukan batas menimal nilai ketuntasan
Biasanya batas menimal ketuntasan menurut Depdikbud RI atau sekolah ialah 60%.
d.      Pemanfaatan PAP
Adapaun penerapan dalam PAP ialah sebagai berikut:
1.     Penempatan sesorang dalam rentetan kegiatan belajar
2. Untuk mendiagnosis kemampuan seseorang dalam pelaksanaan pembelajaran.
3. Digunakan untuk memonitor kemajuan siswa dalam pelaksanaan pembelajaran.
4. Dapat digunakan sebagai bentuk evaluasi keterlaksanan kurikulum yang digunakan
5. Dapat digunakan sebagai alat pendeteksi kemampuan siswa yang memliki kemampuan khusus dalam bidang pelajaran tertentu.
6. Dapat digunakan sebagai alat untuk melihat kelemahan serta kelibihan program serta dapat dijadikan umpan balik untuk perbaikan program selanjutnya.

2.      Penilaian Acuan Norma
a.      Pengertian Acuan Norma
Penilaian acuan norma atau disingkat dengan dengan PAN ialah penilaian yang membandingkan hasil belajar yang didapatkan siswa dalam kelompoknya. Tes acuan norma yaitu perbandingan kerja siswa dengan hasil belajar siswa lain. Tes acuan norma berasumsi bahwa kemampuan siswa itu berbeda dan dapat digambarkan menurut distribusi normal. Distribusi normal pada PAN artinya siswa yang mendapatkan nilai rendah sedikit, siswa yang mendapatkan nilai sedang banyak sedangkan siswa yang mendapatkan nilai tinggi sedikit jika kumpulan skor bersifat heterogen. Distribusi normal merupakan distribusi khusus yang sangat membantu dalam menafsirkan skor tes. Perbedaan kemampuan setiap orang harus ditunjukkan pada hasil pengukuran. Hasil tes seseorang siswa dibandingkan dengan kelomponya supaya mengetahui posisi siswa tersebut. Acuan ini banyak digunakan dalam tes seleksi atau ujian masuk karena memang sengaja dimaksudkan untuk membedakan kemampuan siswa. Hanya siswa yang dianggap mampu memenuhi batas lulus tertentu yang diterimah. Penilaian acuan norma bersifat relatif karena pendoman kelulusan siswa dengan menggunakan PAN tidak diberlakukan untuk kelompok lain atau digenerilisasi. Ada beberapa pendapat tentang pengertian penilaian acuan norma yaitu
a.       Acuan norma merupakan elemen pilihan yang meberikan daftar dokument normatif yang diacu dalam standar sehingga acuan tersebut tidak terpisahkan dalam penerapan standar.
b.      Pengolhan dan pengubahan skor mentah menjadi nilai dilakukan dengan mengacu pada norma atau kelompok.
c.       PAN merupakan nilai sekelompok siswa dalam pelaksanaan pembelajaran berdasarkan tingkat kemampuan siswa dalam kelompok tersebut.
d.      PAN digunakan untuk membandingkan dengan rata-rata nilai yang didapatkan seluruh siswa dalam kelompok jadi semua nilai dalam kelompok tersebut digunakan sebagai penentuan standar kelulusan.
e.       Penilaian siswa dibandingkan dengan nilai teman lainnya.
Tujuan dari PAN biasanya lebih umum dan komprehensif serta meliputi suatu bidang isi dan tugas belajar besar. Jika pada kelompok yang terdapat siswa pintar-pintar maka standar kelulusan siswa akan tinggi sebaliknya jika pada kelompok terdapat siswa kurang pintar maka standar kelulusan akan rendah. Pembuatan soal untuk mengukur kemampuan siswa tidak berdasarkan kompetensi yang relevan dengan siswa.
b.      Ciri Penilaian Acuan Norma
Adapaun ciri-ciri dalam penilaian acuan norma adalah sebagai berikut:
a.       Penilaian acuan norma digunakan untuk menentukan kreteria siswa dibandingkan dengan siswa yang ada dalam kelompok.
b.      Penilaian acuan norma bersifat relatif artinya standar atau kreteria kelulusan siswa bisa berubah-ubah tergantung dari situasi dalam kelompok tersebut.
c.       Nilai yang digunakan pada penilaian acuan menggambarkan posisi siswa dalam kelompok bukan mengambarkan kompetensi yang didapatakan siswa
d.      Penilaian acuan normatif menggambarkan penguasaan kelompok.
e.       Semua nilai siswa yang didapatkan digunakan sebagai penentuan standar kelulusan untuk melihat posisi siswa dalam kelompok.
c.       Menfasirkan Skor dengan Acuan Norma
Menfasirkan skor tes dengan acuan norma memberikan gambaran kepada kita bagaimana seorang siswa ketika dibandingkan dengan siswa lain yang mengambil tes sama. Hal terpenting ketika menggunakan acuan norma adalah kelompok acuan harus menggambarkan atau mewakili keseluruhan siswa yang mengambil te. Kelompok acuan juga harus didefinisikan terlebih dahulu unttuk standarisasi tes. Oleh karena itu, kita perlu melihat siswa lain yang memiliki kesamaan umur, kelas dan latar belakang pendidikan. Langkah pertama yaitu mendefinsikan secara jelas siapa populasi tes itu dirancang atau akan digunakan.
Acuan norma memungkinkan untuk menjawab beberapa pertanyaan berikut: (a) bagaimanakah kemampuan seseorang siswa dibandingkan dengan siswa lain pada tes tertentu?; (b) bagaimanakah kemampuan seorang siswa  pada tes dibandingkan dengan kemampuan tes lainnya?; (c) bagaimanakah kemampuan siswa pada satu bentuk tes dibandingkan dengan kemampuan pada bentuk tes lainnya? Pembandingan skor tes tersebut memungkinkan untuk memprediksi keberhasilan siswa.
Dalam menggunakan acuan norma , skor tes perlu dikonversikan ke dalam skor baku. Konversi ke dalam skor baku dilakukan dengan mentransformasikan secara linier skor tes pada skal yang dinginkan dengan terlebih dahulu menghitung rata-rata dan simpangan baku. Pada resum ini akan membahas T-skor dengan rumus:
Dimana
Contoh seorang siswa mendapatkan nilai mentah besarnya 90 makan nila skor baku ialah 65. Jadi skor hasil konversi tidak harus 100 karena terganting dari nilai rata-rata dan standar deviasi kelompok tersebut. Maka jika mahasiswa mendapatkan nilai A maka bukan berarti nilai rentangnya ialah dari 85 sampai 100. Contoh lain skor tes IQ tidak menetapkan skor tertinggi hasil konversi 100 dan terendah 0. Namun skor tes IQ memungkinkan menggunakan mean 100 dan simpangan baku 15.
C.    Kesimpulan
Pengukuran dalam proses pendidikan dilakukan melalui kegiatan evaluasi. Pada tahapan evaluasi pendidik melakukan pengukuran dengan menggunakan instrumen tes untuk mendapatkan informasi ketercapaian hasil belajar siswa. sebuah hasil pengukuran harus memiliki nilai. Bentuk acuan penilaian adalan penilaian dengan acuan patokan dan penilaian acuan norma. Penilaian acuan dengan patokan (PAP) merupakan salah satu standar acuan penilaian.
Pada PAP penilaian yang dilakukan disesuaikan dengan kriteria pelaksanaan program pendidikan. Penyusunan instrumen tes dengan menggunakan acuan patokan disesuaikan dengan prasarat kebutuhan pembelajaran yang diberikan kepada siswa, soal tes disusun sesuai dengan materi yang telah dipelajari oleh siswa serta tujuan tes secara umum adalah untuk mengklasifikasikan individu sesuai dengan kualfikasi, serta dalam proses belajar hasil penilaian dapat digunakan sebagai bahan diagnosis dari proses pembelajaran yang telah dilakukan serta mendiagnosis kesulitan belajar yang mungkin dialami oleh siswa.
Kelebihan dari penggunaan PAP dalam kegaitan belajar mengajar adalah dapat membantu guru dalam merancang pembelajaran remedial, yaitu melalui informasi soal yang masih banyak dijawab oleh siswa. Disamping itu dengan menggunakan PAP guru dapat mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran serta memudahkan guru dalam menilai karena instrumen tes disusun sesuai dengan patokan pembelajaran.
Penialaian acuan norma merupakan penilaian membandingkan siswa dengan kelompok. Penialian acuan norma bersifat relatif artinya tergantung dari konsidi serta situasi yang terjadi pada kelompok tersebut. Penggunaan PAN membiarkan siswa berkembanga apa adanya. Namun demikian guru tetap menggunakan tujuan khusus pembelajaran sebagai tuntutan kompetensi tetapi digunakan guru sebagai pedoman pemberian skor melainkan hanya digunakan sebagai acuan guru membuat butir soal.
Perbedaan penilaian acuan patokan dan penilaian acuan norma dapat dilihat dari tiga elemen yaitu dari pengembangan tes, standar penilaian perfomance siswa dan maksud tes
a.      Perbedaaan PAP dan PAN dari sesi pengembangan tes
Penilaian Acuan Patokan
Penilaian Acuan Norma
Soal-soal tes disusun berdasarkan tujuan khusus pembelajaran
Soal tes tidak hanya berdasarkan pelajaran apa yang diterima siswa
Setiap tes mempunyai prasyarat dalam menyelesaikannya
Tidak memnetingkan kemampuan prasyarat dalam penyususan tes
Dasar pertimbangan dalam penyususan berdasarkan kreteria tertentu
Dasar pertimbangan ditentukan dari hasil yang didapatkan oleh siswa
Mementingkan butir soal tes berdasarkan tujuan instruksional
Membuat kategori pada level sedang


b.      Perbedaan PAP dan PAN dari sesi standar Performance
Penilaian Acuan Patokan
Penialain Acuan Norma
Standar perfomance berdasarkan bentuk tingkah laku
Standar performance berdasarkan jumlah soal yang dijawab benar oleh siswa dibandingkan dengan siswa lain yang menempuh soal yang sama
Pengukuran performance diukur berdasarkan standar performance yang telah ditetapkan
Prestasi siswa ialah 80% dari siswa lain
Distribusi nilai tidak menyerupai kurva normal
Penilaian berdasarkan apa adanya yang diperoleh siswa
Didasarkan pada KKM
Didasarkan pada nilai kelompok

c.       Kelebihan Penilaian Acuan Patokan dan Penilaian Acuan Kreteria
Penilaian Acuan Patokan
Penilaian Acuan Norma
Dapat membantu guru merancang program remidial
Dapat digunakan untuk mendapatkan nilai maksimal
Tidak memerlukan statistik yang rumit
Dapat membedakan siswa yang pintar dan kurang pintar
Dapat mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran
Dapat menyesuaikan dengan kondisi yang berbeda-beda
Nilai bersifat tetap selama standar masih digunakan
Mudah menilai karena tidak ada patokan
Banyak digunakan untuk kelas dengan materi pembelajaran berupa konsep
Dapat menilai afektif, psikomotorik dan kognitif
Mudah menilai karena ada patokan

Sedangkan untuk maksud dari penilaian acuan patokan ialah untuk mendiagnosis belajar siswa sedangkan penilaian acuan norma untuk melihat posisi siswa dalam kelompok.

d.      Karakteristik acuan norma dan acuan kreteria
No.
Acuan Norma
Acuan Kreteria
1
Membandingkan seseorang dengan kemampuan dalam kelompok, bersifat relatif
Membandingkan kemampuan seseorang dengan sesuatu tingkatakn atau kreteria khusus, bersifat mutlak.
2
Agar interpretasinya bermanfaat, diperlukan suatu acuan kelompok yang relevan
Agar interpretasinya bermanfaat maka diperlukan definis pengetahaun atau materi secara hati-hati
3
Biasanya mencakup pengetahuan yang lebih luas
Biasanya menggunakan materi yang sempit dan terbatas
4
Memuat lebih sedikit butir tes untuk mengukur setiap tujuan tes
Memuat banyak butir tes dalam mengukur
5
Butir tes dipilih dari kesulitan menengah. Butir soal yang mudah dan sulit dihilangkan
Butir soal tes mencangkup materi, tingkat kesulitan disesuaikan dengan materi
6
Contoh: peringkat persentil. Suatu peringkat persentil 80 menunjukkan bahwa kelompok ada 80% peserta tes lainnya yang memiliki kemampuan kurang atau sama dengan kemampuan peserta tes tersebut
Contoh: persentasi skor jawaban benar. Persentasi jawaban benar 80 menunjukkan bahwa peserta tes berhasil menjawab secara benar 80% dari butir tes yang diajukan
(Dikutip dari Kusaeri dan Suprananto, 2012:48)

No comments:

Post a Comment

RAMADHAN PRODUKTIF DI KAMPUS

RAMADHAN PRODUKTIF DI KAMPUS, Cerita Kegiatan Bulan Ramadhan di Kampus Uny Saipuddin Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta ...