PENELITIAN
EVALUATIF
A.
Konsep dan Tujuan Penelitian Evaluatif
Penelitian evaluatif
merupakan suatu desain dan prosedur evaluasi dalam mengumpulkan dan
menganalisis data secara sistematik untuk menentukan nilai atau manfaat (worth) dari suatu praktik pendidikan
(Sukmadinata, Nana Syaodih 2009:120). Nilai dan manfaat pendidikan didapat dari
rancangan kurikulum, kegiatan pembelajaran, kebijakan, manajemen, struktur
organisasi, produk pendidikan, dan sumber daya pendukung lainnya. Kegiatan
pendidikan yang diteliti merupakan kegiatan pendidikan yang berlangsung di
kelas, sekolah, pada tingkat kota/kabupaten, propinsi, hingga nasional. Menurut
Suharsimi Arikunto (2007) menyebutkan bahwa evaluasi merupakan kegiatan untuk
mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi
tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil
keputusan.
Penelitian evaluatif
dan kegiatan evaluasi merupakan dua hal yang memiliki hubungan yang erat. Penelitian
evaluatif dan kegiatan evaluasi mengkaji fokus permasalahan yang sama,
menggunakan metode dan teknik pengukuran yang sama, menggunakan sampel dengan
lokasi yang sama, serta menggunakan teknik analisis data dan interpretasi hasil
yang sama. Namun, ada beberapa hal yang membedakan antara keduanya. Penelitian
evaluatif digunakan untuk menjawab pertanyaan dan menguji hipotesis, hasil penelitian
evaluatif juga biasanya disimpan sampai ada orang atau lembaga yang akan
menggunakannya, sedangkan hasil dari kegiatan evaluasi segera digunakan sebagai
landasan pengambilan sebuah keputusan terhadap program yang dievaluasi.
Tujuan penelitian
evaluatif secara umum adalah untuk merancang, menyempurnakan dan menguji
efektifitas pelaksanaan suatu program pendidikan agar sesuai dengan
perkembangan zaman. Secara lebih rinci tujuan penelitian evaluatif adalah:
1.
Membantu
perencanaan untuk pelaksanaan program.
2.
Membantu dalam
menentukan keputusan penyempurnaan atau perubahan program.
3.
Membantu dalam
penentuan keputusan keberlanjutan atau pemberhentian program.
4.
Menemukan
fakta-fakta dukungan atau penolakan terhadap program.
5.
Memberikan
sumbangan dalam pemahaman proses psikologis, sosial, dan politik, dalam
pelaksanaan program serta faktor-faktor yang mempengaruhi program.
B.
Prosedur Penelitian
Sedangkan
prosedur penelitian evaluasi menurut Suharsimi Arikunto (2007: 299-230) adalah
sebagai berikut:
1.
Peneliti mengadakan pengkajian terhadap buku-buku, lapangan
dan menggali informasi dari para pakar untuk memperoleh gambaran tentang
masalah yang akan diteliti.
2.
Peneliti merumuskan problematika penelitian dalm bentuk
pertanyaan penelitian setelah terlebih dahulu mengkaji lagi sumber-sumber yang
relevan untuk memperoleh ketajamn problematika.
3.
Peneliti menyusun proposal penelitian dengan mencantumkan
latar belakang masalah, alasan mengadakan penelitian, problematika, tujuan,
hipotesis ( disertai dengan dukungan teori dan penemuan-penemuan penelitian),
metodologi penelitian yang memuat subjek penelitian (populasi dan sampel dengan
rincian besarnya sampel, teknik sampling dan siapa sampel penelitiannya),
instrumen pengumpulan data dan teknik analisis data.
4.
Peneliti mengatur perencanaan penelitian, menyusun
instrumen, menyiapkan kancah penelitian dan melaksanakn uji coba instrumen.
5.
Pelaksanan penelitian dalam bentuk yang disesuaikan dengan
model penelitian yang telah dipilih. Dalam penelitian evaluasi peneliti mungkin
mengambil model eksperimen murni (jika persyaratan-persyaratan terpenuhi) atau
model eksperimen pura-pura. Dalam hal ini penelitian berfikir bahwa dalam
mengevaluasi program dipikirkan mesti ada sesuatu yang dilaksanakan. Peneliti
mengukur tingkat keberhasilan perlakuan yang dilaksanakan dalam progran yang
dievaluasi. Dalam hal ini peneliti telah mengkaji rencana pengelola program
melalui sasaran yang dikehendaki sesudah perlakuan diberikan. Dengan kata
lain pelaksana penelitian evaluasi sudah menyiapkan tolok ukur.
6.
Peneliti mengumpulkan data dengan
instrumen yang telah disusun berdasrkan rincian komponen-komponen yang akan
dievaluasi.
7.
Menganalisis data yang terkumpul dengan
mengeterapkan tolok ukur yang telah dirumuskan oleh peneliti sesuai dengan
tujuan yang telah ditetapkan oleh pengelola program.
8.
Menyimpulkan hasil penelitian
berdasarkan atas gambaran sejauh mana data sesuai dengan tolok ukur.
9.
Informasi mengenai hasil penelitian
evaluasi disampaikan kepada pengelola program atau pihak yang minta bantuan
kepada peneliti evaluasi. Evaluasi tersebut digunakan sebagai bahan
pertimbangan bagi tindak lanjut program yang dievaluasi. Wujud tindak lanjut ada tiga
alternatif yatu:
a. Program disebarluaskan karena
dipandang baik
b. Program
direvisi karena ada hal-hal yang belum sesuai dengan tolol ukur yang
dikehendaki
c.
Program
dihentikan karena ada bukti bahwa kurang atau tidak baik.
C.
Evaluasi Formatif dan Sumatif
Ada dua tipe utama dari penelitian evaluatif yaitu
evaluasi formatif dan evaluasi sumatif.
1. Evaluasi
formatif lebih diarahkan pada mengevaluasi proses dan ditujukan untuk
menyempurnakan atau memperbaiki atau menyempurnakan program. Contoh dalam
praktik pembelajaran adalah pelaksanaan ulangan harian atau ujian blok. Evaluasi formatif dilakukan selama
proses legiatan berlangsung dan dilakukan oleh evaluator internal.
2.
Evaluasi sumatif lebih
diarahkan pada mengevaluasi hasil, untuk menilai apakah program cukup efektif
dan efisien sehingga diperoleh kesimpulan program tersebut dilanjutkan atau
dihentikan. Evaluasi sumatif dilakukan setelah kegiatan selesai dan dilakukan oleh
evaluator eksternal.
Perbandingan lebih
lanjut antara kedua jenis evaluasi ini sesuai dengan yang dipaparkan Worthen,
Sander dan Fitzpatrick dalam Sukmadinata, Nana Syaodih (2009: 122) dapat
dilihat pada tabel berikut:
Formatif
|
Sumatif
|
|
1. Tujuan
2. Pengguna
3. Pelaksanaan
4. Pengumpulan
data
5. Sampel
6. Pertanyaan
|
Menyempurnakan
program
Pimpinan,
administrator, dan staf
Evaluator
internal
Multi
metode, informal
Purposif
atau probabilitas
- Kegiatan
mana yang berjalan dan mana yang tidak?
- Apa
yang harus diperbaiki?
- Bagaimana
perbaikannya?
|
Menilai
kelayakan program
Pengguna
atau pemberi dana
Evaluator
eksternal
Instrumen
baku (valid dan reliabel)
Probabilitas
- Apa
hasilnya?
- Dalam
situasi bagaimana?
- Membutuhkan
biaya, sarana prasarana dan latihan apa?
|
A.
Standar Evaluasi
Standar evaluasi
pendidikan yang baik menurut Joint Committee for Educational Evaluation (1994)
dalam Sukmadinata, Nana Syaodih (2009: 123) mencakup empat aspek sebagai
berikut:
1.
Standar
kebergunaan (untility standards)
2.
Standar
kelayakan (feasibility standards)
3.
Standar
kesantunan (propriety standards)
4.
Standar
ketepatan (accuracy standards)
Empat standar di atas
bukan merupakan standar yang baku, yang wajib untuk diikuti, tetapi dapat
sigunakan sebagai pedoman dan pegangan didalam merencanakan, melaksanakan dan
melaporkan hasil evaluasi.
B.
Lingkup Penelitian Evaluatif dalam Pendidikan
Penelitian evaluatif dalam pendidikan mencakup bidang yang cukup luas,
adapun beberapa contoh bidang antara lain:
1. Kurikulum
Bagiannya antara lain desain kurikulum, implementasi dan evaluasi kurikulm. Material kurikulum berupa buku teks, modul, paket, perangkat keras, perangkat lunak, film, video, dll. Sumber belajar berupa laboratorium, workshop dan perpustakaan.
Bagiannya antara lain desain kurikulum, implementasi dan evaluasi kurikulm. Material kurikulum berupa buku teks, modul, paket, perangkat keras, perangkat lunak, film, video, dll. Sumber belajar berupa laboratorium, workshop dan perpustakaan.
2.
Program pendidikan
Misalnya Anak berbakat, anak yang lambat, pencegahan
putus sekolah, remedial. Programmnya antara
lain: sains, social, matematika, ketrampilan PJJ.
3. Pembelajaran
Model-model pembelajaran seperti CTL, Discovery inquiry, pembelajaran terpadu,dll.
Model-model pembelajaran seperti CTL, Discovery inquiry, pembelajaran terpadu,dll.
4.
Pendidik,
Guru, konselor dan administrator.
5.
Siswa
kepribadian, kecerdasan, sikap, minat, motivasi, kebiasan belajar dan prilaku
menyimpang.
6.
Organisasi
Sekolah dasar, sekolah menengah, pendidikan tinggi, pendidikan kejuruan,
pendidikan khusus,dll
7. Manajemen
Personil, sarana dan prasarana, biaya, partisipasi masyarakat, dan kegiatan ekstrakurikuler.
Personil, sarana dan prasarana, biaya, partisipasi masyarakat, dan kegiatan ekstrakurikuler.
C.
Pendekatan Penelitian Evaluatif
Pendekatan evaluasi
merupakan strategi untuk memfokuskan kegiatan evaluasi agar dapat menghasilkan
sesuatu yang bernilai guna. McMillian dan Schumacher (2001) dalam Sukmadinata,
Nana Syaodih (2009:125) mengemukakan enam pendekatan dalam penelitian
evaluatif:
1.
Evaluasi
berorientasi tujuan
Evaluasi ini
ditujukan untuk mengukur tingkat ketercapaian tujuan dalam pelaksanaan program
kegiatan oleh kelompok sasaran, atau untuk mengukur hasil pelaksanaan
program/kegiatan, seperti kurikulum pembelajaran, manajemen berbasis sekolah,
penggunaan dana bantuan operasional, dll. Kelompok sasaran yang diharapkan akan
berdampak positif dari pelaksanaan kegiatan tersebut adalah siswa, guru, dan
sekolah.
Langkah-langkah
evaluasi yang berorientasi pada tujuan (Sukmadinata, Nana Syaodih. 2009:125)
a.
Pemilihan tujuan
yang dapat diukur
b.
Pemilihan
instrumen
c.
Pemilihan desain
evaluasi
d.
Pengumpulan dan
analisis data
e.
Interpretasi
data
2.
Evaluasi
berorientasi pengguna
Evaluasi ini
menekankan pada hasil atau produk yang sesuai harapan dan sesuai kebutuhan
pengguna. Evaluasi dapat diterapkan terhadap produk program seperti, hasil
penerapan kurikulum, pembelajaran, pendidikan anak berbakat, pendidikan nilai,
dsb. Pengguna dari program tersebut adalah orang tua, siswa, dunia industri,
dll. Produk juga dapat dilakukan pada produk-produk yang bersifat perangkat
lunak dan perangkat keras. Perangkat lunak dapat berupa proses pembelajaran
menggunakan komputer dan video-audio, sedang perangkat keras dapat berupa media
cetak, buku, modul dan alat peraga lainnya.
3.
Evaluasi
berorientasi keahlian
Evaluasi ini
menggunakna standar keahlian untuk mengevaluasi program atau komponen
pendidikan dengan menggunakan kriteria atau standar yang telah dirumuskan oleh
para ahli, misalnya para ahli kurikulum telah merumuskan standar kurikulum yang
memenuhi kaidah-kaidah yang dikatakan baik dan dapat diimplementasikan dalam
dunia pendidikan. Ahli manajemen pendidikan juga telah merumuskan bagaimana
langkah-langkah menjalankan manajemen berbasis sekolah yang sesuai dengan
kaidah-kaidah atau prinsip-prinsip manajemen yang baik.
4.
Evaluasi
berorientasi keputusan
Evaluasi jenis
ini akan menentukan keputusan yang akan diambil, pemilihan, pengumpulan dan
analisis data yang dibutuhkan untuk penentuan keputusan, dan menyampaikan
laporan pada penentu keputusan. Jenis bidang dan program yang dievaluasi serta
lingkup dari evaluasi akan menentukan hasil evaluasi dapat dimanfaatkan oleh
penentu kebijakan pada tingkat mana. Misalnya hasil evaluasi kurikulum di
propinsi tertentu akan menjadi bahan penentuan kebijakan bidang kurikulum dinas
pendidikan propinsi tersebut.
5.
Evaluasi
berorientasi lawan
Evaluasi ini
berbeda dengan jenis pendekatan yang lain. Dalam evaluasi berorientasi lawan
ini untuk menguji keampuhan suatu program harus dibandingkan dengan program
lain atau menggunakan standar evaluasi yang lain. Program kegiatan yang baik
akan tetap unggul meskipun dibandingkan dengan program lain atau menggunakan
standar evaluasi yang lain. Pembandingan dua program akan dapat memberikan pro
dan kontra bagi masing-masing dan dapat menjadi bahan masukan untuk
penyempurnaan program tersebut selanjutnya.
6.
Evaluasi
berorientasi partisipan-naturalistik
Pendekatan
evaluasi ini bersifat holistik atau menyeluruh, dengan menggunakna aneka instrumen
dan aneka data untuk memperoleh pemahaman yang utuh dari sudut pandang dan
nilai-nilai yang berbeda tentang pelaksaan pendidikan menurut perspektif atau
sudut pandang para partisipan.
D.
Contoh Rumusan Masalah Penelitian Evaluatif
1.
Apakah kurikulum
2013 dapat menghasilkan lulusan yang maju dalam akademik dan non akademik?
2.
Apakah kegiatan
KKKS di Gugus V Kelurahan ... Kecamatan ... Kabupaten ... dapat meningkatkan
kinerja kepala sekolah?
3.
Apakah
penggunaan media pembelajaran ... dapat meningkatkan motivasi dan aktivitas
belajar siswa di SDN ...
PENELITIAN
EX-POSTFACTO
A.
PENGERTIAN
Penelitian ex-postfacto merupakan penelitian dimana rangkaian variabel-variabel
bebas telah terjadi, ketika peneliti mulai melakukan pengamatan terhadap
variabel terikat (Sukardi 2007: 174).
Penelitian ini juga sering disebut after
the fact atau sesudah fakta dan ada
pula peneliti yang menyebutnya sebagai retrospective
study atau studi penelusuran kembali.
Kerlinger (1993) mendefinisikan
penelitian ex-postfacto adalah
penemuan empiris yang dilakukan secara sistematis, peneliti tidak melakukan
kontrol terhadap variable-variabel bebas
karena manifestasinya sudah terjadi atau variable-variabel tersebut
secara inheren tidak dapat dimanipulasi. Sebagai contoh: Seorang peneliti ingin mengetahui pengaruh merokok terhadap
kemampuan menyerap oksigen dalam darah. Peneliti tidak mungkin melakukan
eksperimen dengan menyuruh orang menghisap beberapa batang rokok dalam sehari
untuk diketahui pengaruhnya terhadap kemampuan darah dalam mengikat oksigen.
Berdasarkan
uraian di atas, penelitian ex-postfacto
merupakan penelitian untuk menjelaskan atau menemukan bagaimana
variable-variabel dalam penelitian saling berhubungan atau berpengaruh, tetapi
juga mengapa gejala-gejala atau perilakun itu terjadi.
B.
KARAKTERISTIK
PENELITIAN EX-POSTFACTO
Ada
tiga karakteristik penting yang perlu diketahui oleh para peneliti dalam
kaitannya dengan penelitian korelasional (Sukardi
2007: 166) yaitu :
1. Penelitian korelasi tepat jika
variabel kompleks dan peneliti tidak mungkin melakukan manipulasi dan
mengontrol variabel.
2. Memungkinkan variabel diukur secara
intensif dalam kondisi setting nyata.
3. Memungkinkan peneliti mendapatkan
derajat asosiasi yang signifikan
Penelitian eksperimental, dan ex-postfacto dasar logika yang digunakan
dan tujuan yang ingin dicapai sama yaitu menentukan validitas empiris. Contoh:
jika x maka y. Perbedaan antara penelitian eksperimen dan ex-postfacto adalah tidak ada kontrol langsung variable bebas dalam
penelitian ex-postfacto. Penelitian ex-postfacto dilakukan jika dalam
beberapa hal penelitian eksperimen tidak dapat dilaksanakan. Hal tersebut
adalah:
a)
Jika tidak mungkin memilih, mengontrol,
dan memanipulasi faktor-faktor yang diperlukan untuk meneliti hubungan sebab
akibat secara langsung
b)
Jika control semua variable kecuali
independent tunggal, tidak realistik, dan artificial, mencegah interaksi yang
normal dengan variable lain yang mempengaruhi.
c)
Jika
kontrol secara laboratori untuk beberapa tujuan tidak praktis, dari segi biaya
dan etik dipertanyakan.
C.
MACAM-MACAM
EX-POSTFACTO
Penelitian
Ex-postfacto dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu correlational
study dan criterion group study. Jenis pertama, correlational
study juga popular disebut causal research dan yang kedua disebut causal
compararative research, yaitu penelitian yang berusaha mencari informasi
tentang mengapa terjadi hubungan sebab akibat (Sukardi
2007: 165). Kedua
jenis penelitian tersebut secara ringkas dijelaskan pada bab berikut.
1.
Penelitian Korelasi
Penelitian
ex-postfacto diartikan sebagai suatu penyeidikan yang menguji hubungan
variabel yang terwujud sebelumnya. Jenis pendekatan penelitian ini
seringkali digunakan dalam bidang pendidikan, psikologis dan sosiologis karena
sebagian besar variabel yang diselidiki dalam bidang-bidang tersebut tidak
secara langsung dapat dimanipulasi oleh peneliti.
Penelitian
korelasi dalam bidang pendidikan, sosial, maupun ekonomi banyak dilakukan
oleh para peneliti. Penelitian ini dilakukan, ketika mereka ingin
mengetahui tentang kuat atau lemahnya hubungan variabel yang terkait dalam
suatu objek atau subjek yang diteliti. Hal ini sesuai dengan
anjuran Gay yang dikutip Consueo G. Sevilla dan kawan-kawan yang menyatakan
bahwa:
Correlational research is a research study that involves
collecting data in order to determine whether and to what degree a relationship
exists between two or more quantifiable variables
Penelitian
korelasi adalah suatu penelitian yang melibatkan tindakan pengumpulan data guna
menentukan, apakah ada hubungan dan tingkat hubungan antara dua variabel atau
lebih. Adanya hubungan dan tingkat variabel ini penting, karena dengan mengetahui
tingkat hubungan yang ada, peneliti akan dapat mengembangkannya sesuai dengan
tujuan penelitian. Penelitian korelasi, seperti yang dikatakan Gay,
merupakan salah satu bagian penelitian Ex-postfacto karena mencari
peneliti tidak memanipulasi keadaan variabel yang ada dan langsung mencari
keberadaan hubungan dan tingkat hubungan variabel yang direfleksikan dalam
koefisien korelasi. Walaupun demikian, ada peneliti lain seperti di antaranya
Nazir yang mengelompokkan penelitian korelasi ke dalam penelitian deskripsi.
Pada sisi lain, menurut Nazir sebagaimana yang dikutip oleh Sukardi sering
diperlukan sebagai penelitian deskriptif, karena penelitian tersebut juga
berusaha menggambarkan kondisi yang sudah terjadi. Dalam penelitian ini,
peneliti berusaha menggambarkan kondisi sekarang dalam konteks
kuantitatif yang direfleksikan dalam variabel. Perbedaan padangan tentang
posisi penelitian korelasi, tidak perlu diperdebatkan karena keduanya berpijak
dari sisi yang sedikit berbeda. Yang penting dalam hal ini adalah pilih metode
ini secara tepat agar dapat memecahkan permasalahan penelitian.
Penelitian
korelasi mempunyai tiga karakteristik penting untuk para peneliti yang hendak
menggunakannya. Tiga karakteristik tersebut, di antaranya adalah :
a) Penelitian korelasi tepat jika
variabel kompleks dan penelitian tidak mungkin melakukan manipulasi dan
mengontrol variabel seperti dalam penelitian eksperimen.
b) Memungkinkan
variabel diukur secara intensif dalam setting (lingkungan) nyata, dan
c) Memungkinkan
peneliti mendapatkan derajat asosiasi yang signifikan.
Penelitian korelasi mencangkup pengumpulan data guna
menentukan adakah hubunga antar variabel dalm subjek atau objek yang menjadi
perhatian untuk diteliti. Penelitian korelasi, lebih tepat jika peneliti
memfokuskan usahanya dalam mencapai informasi yang dapat menerangkan adanya
fenomena yang kompleks melalui hubungan antar variabel. Sehingga, peneliti juga
dapat melakukan eksplorasi setuju melalui teknik korelasi parsial dimana
peneliti mengeliminasi salah satu pengaruh variabel agar dapat dilihat hubungan
dua variabel yang dianggap penting.
Di bidang pendidikan, studi korelasi biasanya digunakan
untuk melakukan penelitian terhadap jumlah variabel yang diperkirakan mempunyai
peranan signifikan dalam mencapai keberhasilan proses pembelajaran sebagai
contoh, misalnya tentang pencapaian hasil belajar dengan motivasi internal,
belajar strategi intensitas kehadiran mengikuti pelajaran dan sebagainya.
2.
Penelitian Kausal Komparatif
Metode
penelitian yang erat dengan penelitian korelasi adalah penelitian causal
comparative atau hubungan sebab akibat. Di dalam mengelompokkan jenis
penelitian ini, ada para ahli yang memasukkan penelitian kausal komparatif
sebagai penelitian deskriptif. Alasan yang mendasarinya adalah bahwa
penelitian tersebut berusaha menggambarkan keadaan yang telah terjadi.
Sementara itu, ada pula peneliti yang memasukkan penelitian kausal comparative sebagai penelitian ex-postfacto
dengan alasan bahwa dalam penelitian itu, variabel juga telah terjadi dan
peneliti tidak berusaha memanipulasi atau mengontrolnya. Pada penelitian kausal
komparatif, variabel penyebab dan variabel yang dipengaruhi telah terjadi
dan diselidiki lagi dengan cara menurun kembali.
Sebenarnya
dalam penelitian kausal komparatif, peneliti dapat juga berusaha
menentukan alasan atau penyebab status objek yang diteliti. Hal demikian
seperti dinyatakan oleh Gay yang dikutip Sukardi dalam bukunya metode
penelitian mengatakan :
Causal comparative is that research in which the researcher
attempts to determine the cause or reason for existing differences in the
behaviors or status or groups of individuals.
Pendekatan
dasar kausal komparatif melibatkan kegiatan peneliti yang diawali dari
mengidentifikasi pengaruh variabel satu terhadap variabel lainnya, kemudian dia
berusaha mencari kemungkinan variabel penyebabnya. Atau dengan kata lain dalam
penelitian kausal komparatif peneliti berusaha mencermati pertanyaan penelitian
what is the effect of X? sebagai contoh, apa pengaruh yang terjadi, jika
seorang anak tanpa mengikuti sekolah taman kanak-kanak, kemudian langsung masuk
kelas satu sekolah dasar? Dalam kasus pendidikan apa yang terjadi bila
mahasiswa baru yang berasal dari SMU, tanpa malalui kuliah matrikulasi langsung
mengambil mata kuliah teknik, sebagai halnya mahasiswa dari SMK?.
D.
PELAKSANAAN PENELITIAN EX-POSTFACTO
Tidak
adanya manipulasi perlakuan dan penempatan subyek secara acak menyebabkan
validitas internal dalam penelitian ex-postfacto
kurang dapat dikendalikan. Dengan kata lain, hipotesis tandingan yang logis
sulit dibatasi. Akan tetapi, dengan perencanaan yang baik, hal ini dapat
ditekan seminimal mungkin sehingga hasilnya akan mendekati penelitian
eksperimen. Untuk mendapatkan hasil yang demikian ini, peneliti perlu melalui
langkah-langkah berikut ini
1. Perumusan masalah. Masalah yang
ditetapkan harus mengandung sebab atau kausa bagi munculnya variabel dependen,
yang dapat diketahui berdasarkan hasil-hasil penelitian yang pernah dilakukan
atau penafsiran peneliti terhadap hasil observasi terhadap fenomena yang sedang
diteliti.
2. Setelah masalah dirumuskan, peneliti
harus mampu mengidentifikasi hipotesis tandingan atau alternative yang mungkin
dapat menerangkan hubungan antar variabel independent dan dependen.
3. Penentuan kelompok subyek yang akan
dibandingkan. Pertama-tama, kelompok yang dipilih harus memiliki karakteristik
yang menjadi konsen penelitian.
4. Pengumpulan data. Hanya data yang
diperlukan yang dikumpulkan, baik yang berkenaan dengan variabel dependen maupun
berkenaan dengan factor yang dimungkinkan memunculkan hipotesis tandingan.
5. Analisis data. Teknik analisis data
yang digunakan serupa dengan yang digunakan dalam penelitian diferensial maupun
eksperimen, di mana perbandingan nilai variabel dependen dilakukan antar
kelompok subyek atas dasar faktor yang menjadi konsen.
6. Penafsiran hasil. Pernyataan sebab
akibat dalam penelitian ini perlu dilakukan secara hati-hati. Kausalitas
hubungan antar variabel independent dan dependen sangat tergantung pada
kemampuan peneliti untuk memilih kelompok perbandingan yang homogen dan
keyakinan bahwa munculnya hipotesis tandingan dapat dicegah.
E.
KELEBIHAN
PENELITIAN EX-POSTFACTO
1. Sesuai
untuk keadaan yang tidak dapat dilakukan oleh penelitian eksperimen
2. Informasi
tentang sifat fenomena apa yang terjadi, dengan apa kejadiannya, di bawah
kondisi apa fenomena terjadi, dan dalam sekuensi dan pola seperti apa fenomena
terjadi,
3.
Kemajuan
dalam teknik statistik membuat desain ex-postfacto
lebih bertahan.
F.
KELEMAHAN
PENELITIAN EX-POSTFACTO
1. Kurang
kontrol terhadap variable bebas
2.
Sulit
memastikan apakah faktor-faktor penyebab telah dimasukkan dan diidentifikasi
3.
Tidak
ada faktor tunggal yang menjadi sebab suatu akibat, tetapi beberapa kombinasi
dan interaksi faktor-faktor berjalan bersama di bawah kondisi tertentu
menghasilkan akibat tertentu.
4.
Suatu
fenomena mungkin bukan saja hasil dari sebab yang banyak, tetapi juga dari satu
sebab dalam satu hal dan dari sebab yang lain.
5.
Jika
hubungan antara dua variable ditemukan, sulit menemukan mana yang sebab dan
mana yang akibat.
6.
Kenyataan
yang menunjukkan bahwa dua atau lebih faktor berhubungan tidak mesti menyatakan
hubungan sebab akibat. Semua faktor bias jadi berhubungan dengan suatu faktor
tambahan yang tidak dikenal atau tidak diamati.
7.
Mengklasifikasikan
subyek ke dalam kelompok dikotomi (misalnya yang berprestasi dan yang tidak
berprestasi) untuk tujuan komparasi penuh dengan masalah, karena kategori
seperti ini adalah samar-samar, dapat bervariasi, dan sementara.
- Penelitian komparatif dalam situasi yang alami tidak
memberikan seleksi subyek yang terkontrol. Sulit menempatkan kelompok
subyek yang sama dalam segala hal kecuali pemaparan mereka terhadap satu
variable.
G.
Contoh
Rumusan Masalah Penelitian Evaluatif
1. Adakah
hubungan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar IPA siswa
kelas...SD...
2. Apakah
ada pengaruh kedisiplinan belajar terhadap prestasi belajar siswa kelas...SD...
Refrensi:
Consueo G. Sevilla dkk, 1993. Pengantar
Metode Penelitian. Jakarta : Universitas Indonesia.
Nana Syaodih
Sukmadinata. 2009. Metode Penelitian
Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Suharsimi
Arikunto. 2007. Manajemen Penelitian. Jakarta: PT
Rineka Cipta.
Sukardi. 2007. Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi
dan Praktiknya. Jakarta
: PT Bumi Aksara.