PENDEKATAN ILMIAH
Pendekatan
ilmiah adalah pendekatan disipliner dan pendekatan ilmu pengetahuan yang
fungsional terhadap masalah tertentu. (Kamus Besar Bahasa Indonesia; PN Balai
Pustaka, 1989). Pendekatan ilmiah wujudnya adalah metode ilmiah. Metode ilmiah
merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu. Jadi ilmu
merupakan pengetahuan yang didapat lewat metode ilmiah.
Menurut Checkland (1993), berdasarkan sejarah perkembangan ilmu, didapatkan tiga karakteristik utama dari pendekatan ilmiah, yaitu:
1. Reductionism
2. Repeatability
3. Refutation
Menurut Checkland (1993), berdasarkan sejarah perkembangan ilmu, didapatkan tiga karakteristik utama dari pendekatan ilmiah, yaitu:
1. Reductionism
2. Repeatability
3. Refutation
Reductionism
adalah pendekatan yang mereduksi kompleksitas permasalahan menjadi
bagian-bagian yang lebih kecil, sehingga dapat dengan mudah diamati dan
diteliti. Pendekatan analitikal adalah nama lain dari reductionism, yaitu
mencoba untuk mencari unsur-unsur yang menjelaskan fenomena tersebut dengan
hukum sebab akibat. Asumsi dari reductionism ini adalah bahwa fenomena
keseluruhan dapat dijelaskan dengan mengetahui fenomena dari unsur-unsurnya.
Ada satu istilah yang sering digunakan dalam hal ini, yaitu keseluruhan adalah
merupakan hasil penjumlahan dari unsur-unsurnya. Oleh karena itu, berfikir
linier adalah juga merupakan nama lain dari reductionism.
Sifat
kedua dari ilmu adalah repeatability, yaitu suatu pengetahuan disebut ilmu,
bila pengetahuan tersebut dapat dicheck dengan mengulang eksperimen atau
penelitian yang dilakukan oleh orang lain di tempat dan waktu yang berbeda.
Sifat ini akan menghasilkan suatu pengetahuan yang bebas dari subyektifitas,
emosi, dan kepentingan. Ini didasarkan pada pemahaman bahwa ilmu adalah
pengetahuan milik umum, sehingga setiap orang yang berkepentingan harus dapat
mengecheck kebenarannya dengan mengulang eksperimen atau penelitian yang
dilakukan.
Sifat
ilmu yang ketiga adalah refutation. Sifat ini mensyaratkan bahwa suatu ilmu
harus memuat informasi yang dapat ditolak kebenarannya oleh orang lain. Suatu
pernyataan bahwa besok mungkin hujan atau pun tidak, memuat informasi yang
tidak layak untuk disebut ilmu, karena tidak dapat ditolak. Ilmu adalah
pengetahuan yang memiliki resiko untuk ditolak, sehingga ilmu adalah
pengetahuan yang dapat berkembang, sebagai contoh Teori Newton ditolak oleh
Eisntein sehingga menghasilkan teori baru tentang relativitas. (Blog. Juli 12,
2008 )
Metode
ilmiah merupakan ekspresi cara bekerja pikiran. Sistematika dalam metode ilmiah
sesungguhnya merupakan manifestasi dari alur berpikir yang dipergunakan untuk
menganalisis suatu permasalahan. Alur berpikir dalam metode ilmiah memberi
pedoman kepada para ilmuwan dalam memecahkan persoalan menurut integritas
berpikir deduktif dan induktif.
Berfikir deduktif adalah proses pengambilan kesimpulan berdasarkan premis-premis yang kebenarannya telah ditentukan. Metode deduktif menurut kamus umum Bahasa Indonesia adalah yang dimulai dari hal-hal yang bersifat umum kemudian ditarik kesimpulan kepada yang khusus. Sedangkan berfikir induktif adalah penalaran yang mengambil contoh-contoh khusus yang khas untuk kemudian diambil kesimpulan yang lebih umum. Metode induktif menurut kamus umum Bahasa Indonesia adalah metode yang digunakan menarik kesimpulan dari hal yang khusus untuk menuju kepada kesimpulan bersifat umum.
Berfikir deduktif adalah proses pengambilan kesimpulan berdasarkan premis-premis yang kebenarannya telah ditentukan. Metode deduktif menurut kamus umum Bahasa Indonesia adalah yang dimulai dari hal-hal yang bersifat umum kemudian ditarik kesimpulan kepada yang khusus. Sedangkan berfikir induktif adalah penalaran yang mengambil contoh-contoh khusus yang khas untuk kemudian diambil kesimpulan yang lebih umum. Metode induktif menurut kamus umum Bahasa Indonesia adalah metode yang digunakan menarik kesimpulan dari hal yang khusus untuk menuju kepada kesimpulan bersifat umum.
Metode
ilmiah merupakan gabungan dari pendekatan rasional dengan pendekatan empiris.
Secara rasional maka ilmu menyusun pengetahuan secara konsisten dan komulatif,
sedangkan secara empiris ilmu memisahkan antara pengetahuan yang sesuai fakta
dengan yang tidak.
Alur berfikir yang tercakup dalam metode ilmiah dapat dijabarkan dalam beberapa langkah yang mencerminkan tahap-tahap dalam kegiatan ilmiah. Kerangka berfikir ilmiah yang berintikan proses logico-hypotetico-verifikasi ini pada dasarnya terdiri dari langkah-langkah sebagai berikut.
1) Perumusan masalah.
2) Penyusunan kerangka berfikir dalam penyususnan hipotesis.
3) Perumusan hipotesis
4) Pengujian hipotesis
5) Penarikan kesimpulan
Alur berfikir yang tercakup dalam metode ilmiah dapat dijabarkan dalam beberapa langkah yang mencerminkan tahap-tahap dalam kegiatan ilmiah. Kerangka berfikir ilmiah yang berintikan proses logico-hypotetico-verifikasi ini pada dasarnya terdiri dari langkah-langkah sebagai berikut.
1) Perumusan masalah.
2) Penyusunan kerangka berfikir dalam penyususnan hipotesis.
3) Perumusan hipotesis
4) Pengujian hipotesis
5) Penarikan kesimpulan
Keseluruhan
langkah ini harus ditempuh agar suatu penelaahan dapat disebut ilmiah. Hubungan
langkah yang satu dengan yang lainnya bersifat dinamis dengan proses pengkajian
ilmiah yang tidak semata mengandalkan penalaran melainkan juga imajinasi dan
kreativitas. Langkah-langkah tersebut harus dianggap sebagai patokan utama
walaupun dalam penelitian yang sesungguhnya mungkin saja berkembang berbagai
variasi sesuai dengan bidang dan permasalahan yang diteliti.
Metode
ilmiah ini penting bukan saja dalam proses penemuan pengetahuan namun
lebih-lebih lagi dalam mengkomunikasikan penemuan ilmiah tersebut kepada
masyarakat ilmuwan. Metode ilmiah ini pada dasarnya sama bagi semua disiplin
keilmuan baik yang termasuk ke dalam ilmu-ilmu alam maupun ilmu-ilmu sosial.
Walaupun ada perbedaan dalam kedua kelompok keilmuan tersebut sekedar terletak
pada aspek-aspek tekniknya bukan pada stuktur berfikir atau aspek
metodologisnya.
Kesimpulan
Metode
ilmiah merupakan wujud dari pendekatan ilmiah. Metode ilmiah adalah
langkah-langkah yang harus ditempuh dalam penemuan-penemuan ilmiah. Hasil
penemuan ilmiah dengan menggunakan metode ilmiah disebut ilmu. Ada tiga
karateristik utama dari pendekatan ilmiah, yaitu: Reductionism, Repeatability,
Refutation. Kerangka berfikir dalam metode ilmiah pada dasarnya terdiri dari
langkah-langkah sebagai berikut. Perumusan masalah, Penyusunan kerangka berfikir
dalam penyususnan hipotesis, Perumusan hipotesis, Pengujian hipotesis, dan
Penarikan kesimpulan. Keseluruhan langkah ini harus ditempuh agar suatu
penelaahan dapat disebut ilmiah.
Daftar
Pustaka
1. Bakhtiar, Amasal, Prof, Dr, M.A., Filsafat Ilmu. Raja Grafindo Persada, Jakarta (2007)
2. Checkland, P.B., Systems Thinking, Systems Practice. John Wiley, New York (1993).
3. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka, Jakarta (1989)
4. Suriasumantri, S Jujun, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Pustaka Sinar Harapan, Jakarta (1990)
1. Bakhtiar, Amasal, Prof, Dr, M.A., Filsafat Ilmu. Raja Grafindo Persada, Jakarta (2007)
2. Checkland, P.B., Systems Thinking, Systems Practice. John Wiley, New York (1993).
3. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka, Jakarta (1989)
4. Suriasumantri, S Jujun, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Pustaka Sinar Harapan, Jakarta (1990)
No comments:
Post a Comment