PENILAIAN AUTENTIK
Oleh : Saipuddin, S.Pd
Pembahasan:
v PENILAIAN Authentic
v Penilaian autentik dalam K13
v Penilaian
dan Pembelajaran Autentik
v Guru "Authentic"
v Jenis-Jenis
Penilaian Autentik
Penilaian autentik (Authentic Assessment) adalah pengukuran yang bermakna
secara signifikan atas hasil belajar peserta didik untuk ranah sikap,
keterampilan, dan pengetahuan.
Istilah Assessment merupakan sinonim dari penilaian, pengukuran, pengujian,
atau evaluasi. Istilah autentik merupakan sinonim dari asli, nyata, valid, atau reliabel. Secara
konseptual penilaian
autentik lebih bermakna secara signifikan
dibandingkan dengan tes pilihan
ganda terstandar sekali pun.
Ketika menerapkan penilaian autentik untuk mengetahui hasil dan prestasi belajar
peserta didik, guru menerapkan kriteria yang berkaitan dengan konstruksi
pengetahuan, aktivitas mengamati dan mencoba, dan nilai prestasi luar sekolah.
ü Penilaian
autentik memiliki relevansi kuat terhadap pendekatan
ilmiah dalam pembelajaran sesuai dengan tuntutan Kurikulum 2013.
ü Penilian
tersebut mampu
menggambarkan peningkatan hasil belajar peserta didik, baik dalam rangka
mengobservasi, menalar, mencoba, membangun jejaring, dan lain-lain.
ü Penilaian autentik cenderung fokus pada tugas-tugas kompleks atau
kontekstual, memungkinkan peserta didik untuk menunjukkan kompetensi mereka
dalam pengaturan yang lebih autentik.
ü Penilaian autentik sangat relevan dengan pendekatan tematik
terpadu dalam pembejajaran, khususnya jenjang sekolah dasar atau untuk mata
pelajaran yang sesuai.
ü Penilaian autentik sering dikontradiksikan dengan penilaian yang
menggunakan standar tes berbasis norma, pilihan ganda, benar–salah, menjodohkan, atau membuat
jawaban singkat.
ü Tentu saja, pola penilaian seperti ini tidak diantikan
dalam proses pembelajaran, karena memang lazim digunakan dan memperoleh legitimasi secara akademik.
ü Penilaian autentik dapat dibuat oleh guru sendiri, guru secara
tim, atau guru bekerja sama dengan
peserta didik.
ü Dalam penilaian autentik, seringkali pelibatan siswa sangat penting.
Asumsinya, peserta didik dapat melakukan aktivitas belajar lebih baik ketika
mereka tahu bagaimana akan dinilai.
ü Peserta didik diminta untuk merefleksikan dan
mengevaluasi kinerja mereka sendiri dalam rangka meningkatkan pemahaman yang
lebih dalam tentang tujuan pembelajaran serta mendorong kemampuan belajar yang
lebih tinggi.
ü Pada penilaian autentik guru menerapkan kriteria yang terkait dengan konstruksi pengetahuan, penelitian keilmuan, dan pengalaman yang diperoleh dari luar sekolah.
ü Penilaian autentik mencoba menggabungkan kegiatan guru mengajar,
kegiatan siswa belajar, motivasi dan keterlibatan peserta didik, serta
keterampilan belajar.
ü Karena penilaian itu merupakan bagian dari proses
pembelajaran, guru dan peserta didik berbagi pemahaman tentang kriteria
kinerja.
ü Dalam beberapa kasus, peserta didik bahkan berkontribusi
untuk mendefinisikan harapan atas tugas-tugas yang harus mereka lakukan.
Penilaian
autentik sering
digambarkan sebagai penilaian atas perkembangan peserta didik, karena berfokus
pada kemampuan mereka berkembang untuk belajar bagaimana belajar tentang
subjek.
Penilaian autentik harus mampu menggambarkan sikap, keterampilan,
dan pengetahuan apa yang sudah atau belum dimiliki oleh peserta didik,
bagaimana mereka menerapkan pengetahuannya, dalam hal apa mereka sudah atau
belum mampu menerapkan perolehan belajar, dan sebagainya.
Atas dasar itu, guru dapat mengidentifikasi materi apa
yang sudah layak dilanjutkan dan untuk materi apa pula kegiatan remidial harus
dilakukan. Penilaian
autentik mengharuskan pembelajaran yang autentik pula.
Menurut Ormiston, belajar autentik mencerminkan tugas dan pemecahan
masalah yang diperlukan dalam kenyataannya di luar sekolah.
Penilaian autentik terdiri dari berbagai teknik penilaian. Pertama, pengukuran
langsung keterampilan peserta didik yang berhubungan dengan hasil jangka
panjang pendidikan seperti kesuksesan di tempat kerja. Kedua, penilaian
atas tugas-tugas yang memerlukan keterlibatan yang luas dan kinerja yang
kompleks. Ketiga, analisis proses yang digunakan untuk menghasilkan
respon peserta didik atas perolehan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang ada.
Penilaian
autentik akan
bermakna bagi guru untuk menentukan cara-cara terbaik agar semua siswa dapat
mencapai hasil akhir, meski dengan satuan waktu yang berbeda.
Konstruksi sikap, keterampilan, dan pengetahuan dicapai
melalui penyelesaian tugas di mana peserta didik telah memainkan peran aktif
dan kreatif. Keterlibatan peserta didik dalam melaksanakan tugas sangat
bermakna bagi perkembangan pribadi mereka.
Dalam pembelajaran autentik, peserta didik diminta
mengumpulkan informasi dengan pendekatan saintifik, memahahi aneka fenomena
atau gejala dan hubungannya satu sama lain secara mendalam, serta mengaitkan
apa yang dipelajari dengan dunia nyata yang luar sekolah.
Guru dan peserta didik memiliki tanggung jawab atas apa
yang terjadi. Peserta didik pun tahu apa yang mereka ingin pelajari, memiliki
parameter waktu yang fleksibel, dan bertanggungjawab untuk tetap pada tugas.
Penilaian autentik pun mendorong peserta didik mengkonstruksi,
mengorganisasikan, menganalisis, mensintesis, menafsirkan, menjelaskan, dan
mengevaluasi informasi untuk kemudian mengubahnya menjadi pengetahuan baru.
Pada pembelajaran autentik, guru harus menjadi “guru autentik.” Peran guru bukan hanya pada proses pembelajaran,
melainkan juga pada penilaian. Untuk bisa melaksanakan pembelajaran autentik,
guru harus memenuhi kriteria tertentu seperti disajikan berikut:
- Mengetahui
bagaimana menilai kekuatan dan kelemahan peserta didik serta desain pembelajaran.
- Mengetahui
bagaimana
cara membimbing
peserta didik untuk mengembangkan pengetahuan mereka sebelumnya
dengan cara mengajukan pertanyaan dan menyediakan sumberdaya memadai bagi peserta
didik untuk melakukan akuisisi
pengetahuan.
- Menjadi
pengasuh proses pembelajaran,
melihat informasi baru, dan mengasimilasikan pemahaman peserta didik.
- Menjadi
kreatif tentang bagaimana proses belajar peserta didik dapat diperluas dengan menimba pengalaman dari
dunia di luar
tembok sekolah.
a. Penilaian Kinerja
b. Penilaian Proyek
c. Penilaian Portofolio
d. Penilaian Tertulis
A.
Penilaian
Kinerja
Penilaian autentik sebisa mungkin melibatkan parsisipasi peserta didik, khususnya dalam
proses dan aspek-aspek yang akan dinilai. Guru dapat melakukannya dengan
meminta para peserta didik menyebutkan unsur-unsur proyek/tugas yang akan
mereka gunakan untuk menentukan kriteria penyelesaiannya. Dalam tema akulturasi
budaya Hindu Budha, peserta didik bisa diminta untuk membuat tulisan: Bentuk
Budaya Hasil akulturasi Hindu Budha; Toleransi dalam Kehidupan
Cara merekam hasil penilaian berbasis kinerja:
- Daftar
cek (checklist).
- Catatan anekdot/narasi (anecdotal/narative records).
- Skala p enilaian
( rating scale ).
- Memori atau ingatan (memory approach).
B.
Penilaian
Proyek
Penilaian
proyek (project
assessment) merupakan kegiatan penilaian terhadap
tugas yang harus diselesaikan oleh
peserta didik menurut periode/waktu tertentu. Penyelesaian tugas dimaksud berupa investigasi yang dilakukan oleh peserta didik, mulai dari
perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan, analisis, dan penyajian data.
Peserta didik secara kelompok atau perorangan dapat diminta untuk melakukan
penelitian sederhana berkaitan dengan situs sejarah yang ada dilingkungan
mereka, yang dikaitkan dengan peran masyarakat dalam pelestarian peninggalan
sejarah.
Tiga hal yang perlu
diperhatian guru dalam penilaian
proyek:
- Keterampilan
peserta didik dalam memilih topik, mencari dan mengumpulkan data,
mengolah dan menganalisis,
memberi makna atas informasi yang diperoleh, dan
menulis
laporan.
- Kesesuaian
atau relevansi materi pembelajaran dengan pengembangan sikap, keterampilan, dan
pengetahuan yang dibutuhkan oleh peserta didik.
- Keaslian sebuah proyek pembelajaran yang dikerjakan
atau dihasilkan oleh peserta didik.
C.
Penilaian
Portofolio
Penilaian portofolio merupakan penilaian atas kumpulan
artefak yang menunjukkan kemajuan dan dihargai sebagai hasil kerja dari dunia
nyata. Penilaian portofolio bisa berangkat dari hasil kerja peserta didik
secara perorangan atau diproduksi secara berkelompok, memerlukan refleksi
peserta didik, dan dievaluasi berdasarkan beberapa dimensi.
Misalnya, hasil karya mereka dalam menyusun atau membuat
karangan, kliping, gambar candi, foto
situs sejarah atau peristiwa sejarah, lukisan sejarah, resensi buku/ literatur
kesejarahan, laporan penelitian sejarah, dan lain-lain.
Penilaian portofolio dilakukan dengan menggunakan langkah-langkah seperti
berikut ini.
- Guru
menjelaskan secara ringkas esensi penilaian portofolio.
- Guru atau
guru bersama peserta didik menentukan jenis portofolio
yang akan dibuat.
- Peserta
didik, baik sendiri maupun kelompok, mandiri atau di bawah bimbingan guru
menyusun portofolio pembelajaran.
- Guru
menghimpun dan menyimpan portofolio peserta didik pada tempat yang sesuai,
disertai catatan tanggal pengumpulannya.
- Guru
menilai portofolio peserta didik dengan kriteria tertentu.
- Jika
memungkinkan, guru bersama peserta didik membahas bersama dokumen
portofolio yang dihasilkan.
- Guru
memberi umpan balik kepada peserta didik atas hasil penilaian portofolio.
D. Penilaian Tertulis
Tes
tertulis berbentuk uraian
atau esai menuntut peserta didik mampu mengingat, memahami, mengorganisasikan, menerapkan, menganalisis, mensintesis, mengevaluasi,
dan sebagainya atas materi yang sudah dipelajari. Tes tertulis berbentuk uraian sebisa mungkin bersifat
komprehentif, sehingga mampu menggambarkan ranah sikap, keterampilan, dan
pengetahuan peserta didik.
Menambahkan keterangan |
No comments:
Post a Comment