SOFT SKILLS DAN KARAKTER MULIA
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengembangan Kurikulum dan
Pembelajaran Sains
Dosen Pengampu: Prof. Dr. Jumadi
Oleh: Sipuddin, S.Pd
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dimulai dari
deklarasi kemerdekaan bangsa Indonesia pada tahun 1945, para pendiri bangsa
telah menyadari bahwa setidaknya ada 3 tantangan yang harus dihadapi yakni: mendirikan
Negara yang bersatu dan berdaulat, membangun bangsa, membangun karakter.
Ketiga hal tersebut secara jelas tampak dalam konsep negara bangsa dan
pembangunan karakter bangsa(nation and character building).
Presiden pertama
Republik Indonesia Ir. Soekarno menegaskan” Bangsa ini harus dibangun dengan
mendahulukan pembangunan karakter (character building). Karena character
building inilah yang akan membuat Indonesia menjadi bangsa yang
besar, maju, dan jaya serta bermartabat. Di Indonesia pendidikan karakter saat
ini memang dirasakan mendesak. Gambaran situasi masyarakat bahkan dunia pendidikan
di Indonesia menjadi motivasi pokok (maintreming) implementasi
pendidikan karakter di Indonesia. Oleh
karena itu pendidikan Karakter di Indonesia amat perlu Pengembangannya
Berkaitan dengan
semakin mendesaknya implementasi pendidikan karakter di Indonesia tersebut,
Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan
Nasional dalam publikasinya berjudul Pedoman Pelaksanaan Pendidikan
Karakter menyatakan bahwa pendidikan
karakter pada intinya bertujuan membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif,
berakhlak mulia, bermoral, bertoleransi, bergotong royong, berjiwa
patriotik, berkembang dinamis, berorientasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang
semuanya dijiwai oleh iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan
Pancasila.
Undang-Undang
Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional berbunyi Pendidikan
Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta
peradapan bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa. Pendidikan Nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman, bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga
negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Berdasarkan fungsi dan tujuan
pendidikan nasional, jelas bahwa pendidikan disetiap jenjang harus
diselenggarakan secara sistematis guna mencapai tujuan tersebut. Hal tersebut
berkaitan dengan pembentukan karakter peserta didik, sehingga mampu bersaing,
beretika, bermoral sopan santun dan berinteraksi dengan masyarakat.
Dalam konteks
pendidikan karakter, kita melihat bahwa kemampuan yang harus dikembangkan pada
peserta didik melalui persekolahan adalah berbagai kemampuan yang akan
menjadikan manusia sebagai makhluk yang berketuhanan. Kemampuan yang
perlu dikembangkan adalah kemampuan mengabdi kepada Tuhan Yang Maha Esa Dunia
kerja percaya bahwa sumber daya manusia yang unggul adalah mereka yang tidak
hanya memiliki kemahiran hard skill saja tetapi juga piawai dalam aspek soft
skillnya. Merupakan suatu realita bahwa pendidikan di Indonesia lebih
memberikan porsi yang lebih besar untuk muatan hard skill, bahkan bisa
dikatakan lebih berorientasi pada pembelajaran hard skill saja. Lalu seberapa
besar semestinya muatan soft skill dalam kurikulum pendidikan. Jika berkaca
pada realita di atas, pendidikan soft skill tentu menjadi kebutuhan urgen dalam
dunia pendidikan. Namun untuk mengubah kurikulum juga bukan hal yang mudah.
Pendidik seharusnya memberikan muatan-muatan pendidikan soft skill pada proses
pembelajarannya. Pentingnya penerapan pendidikan soft skill idealnya bukan saja
hanya untuk anak didik saja, tetapi juga bagi pendidik.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar
belakang diatas dapat dirumuskan masalah:
1. Apakah yang dimaksud dengan softskills? 2. Apakah yang dimaksud dengan karakter mulia?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Soft skill
Soft skills merupakan keterampilan dan kecakapan hidup, baik
untuk sendiri, berkelompok, atau bermasyarakat, serta dengan Sang Pencipta.
Dengan mempunyai soft skills membuat keberadaan seseorang akan semakin
terasa di tengah masyarakat. Keterampilan akan berkomunikasi, keterampilan
emosional, keterampilan berbahasa, keterampilan berkelompok, memiliki etika dan
moral, santun dan keterampilan spiritual. Semua sifat yang menyebabkan
berfungsinya hard skills yang dimiliki. Soft skills dapat
menentukan arah pemanfaatan hard skills. Jika seseorang
memilikinya dengan baik, maka ilmu dan keterampilan yang dikuasainya dapat
mendatangkan kesejahteraan dan kenyamanan bagi pemiliknya dan lingkungannya.
Sebaliknya, jika seseorang tidak memiliki soft skills yang baik, maka hard
skills dapat membahayakan diri sendiri dan orang lain. (Elfindri dkk, 2011:
175).
Sedangkan
menurut Iyo Mulyono (2011: 99), “soft skills merupakan komplemen dari hard
skills. Jenis keterampilan ini merupakan bagian dari kecerdasan intelektual
seseorang, dan sering dijadikan syarat unutk memperoleh jabatan atau pekerjaan
tertentu”. Aribowo sebagaimana dikutip oleh Illah Sailah (2008: 17),
menyebutkan soft skills sebagai berikuti: Soft skills adalah
keterampilan seseorang dalam berhubungan dengan orang lain (termasuk dengan
dirinya sendiri). Atribut soft skills, dengan demikian meliputi nilai
yang dianut, motivasi, perilaku, kebiasaan, karakter dan sikap. Atribut soft
skills ini dimiliki oleh setiap orang dengan kadar yang berbeda-beda,
dipengaruhi oleh kebiasaan berfikir, berkata, bertindak dan bersikap. Namun,
atribut ini dapat berubah jika yang bersangkutan mau merubahnya dengan cara
berlatih membiasakan diri dengan hal-hal yang baru.
Dari berbagai
definisi tersebut dapat dirumuskan bahwa pada dasarnya soft skills merupakan
kemampuan yang sudah melekat pada diri seseorang, tetapi dapat dikembangkan
dengan maksimal dan dibutuhkan dalam dunia pekerjaan sebagai pelengkap dari
kemampuan hard skills. Keberadaan antara hard skills dan soft
skills sebaiknya seimbang, seiring, dan sejalan.
Soft skills
sendiri merupakan kemampuan seseorang diluar kemampuan teknis dan akademis,
yang lebih mengutamakan pada kemampuan intrapersonal dan interpersonal. Kedua
kemampuan tersebut dapat dimiliki oleh seseorang melalui proses pembelajaran
maupun proses pembiaasan dalam kehidupan sehari-hari.
Secara garis besar, kemampuan intrapersonal
mencakup beberapa aspek, yaitu:
1. Kesadaran diri (self
awareness), yang didalamnya meliputi: kepercayaan diri, kemampuan untuk
melakukan penilaian dirinya, pembawaan, serta kemampuan mengendalikan
emosional.
2. Kemampuan diri (self
skill), yang didalamnya meliputi: upaya peningkatan diri, kontrol diri,
dapat dipercaya, dapat mengelola waktu dan kekuatan, proaktif, dan konsisten.
Sedangkan kemampuan interpersonal juga mencakup
beberapa aspek yaitu:
1. Aspek kesadaran sosial (social awareness), yang meliputi kemampuan kesadaran politik,
pengembangan aspek-aspek yang lain, berorientasi untuk melayani, dan
empati.
2. Aspek kemampuan sosial (social skill), yang meliputi kemampuan memimpin, mempunyai
pengaruh, dapat berkomunikasi, mampu mengelola konflik, kooperatif dengan
siapapun, dapat bekerja sama dengan tim, dan bersinergi.
Disamping itu, soft
skills juga bisa diterjemahkan ke dalam kemampuan yang dimiliki oleh setiap
individu untuk dapat mengembangan perasaan positif (positive feeling), selalu
dan bisa untuk berfikir positif (positive thinking), dan mempunyai kebiasaan
positif (positive habits) yang selalu diterapkan dalam kehidupan sehari-hari,
baik untuk kepentingan diri sendiri maupun untuk orang lain.
Soft skills sering
juga disebut keterampilan lunak adalah keterampilan yang digunakan dalam
berhubungan dan bekerjasama dengan orang lain. Secara garis besar keterampilan
ini dapat dikelompokkan ke dalam:
1.
Proses Keterampilan
2.
Keterampilan Sosial
3.
Keterampilan Generik
Contoh lain dari keterampilan-keterampilan yang
dimasukkan dalam kategori soft skills
adalah etika/profesional, kepemimpinan, kreativitas, kerjasama, inisiatif, facilitating
kelompok maupun masyarakat, komunikasi, berpikir kritis, dan problem
solving. Keterampilan-keterampilan tersebut umumnya berkembang dalam
kehidupan bermasyarakat. Fakta-fakta yang ada di dalam kehidupan saat ini:
1. Terjadi perubahan kehidupan bermasyarakat sebagai
dampak dari perkembangan teknologi dan lingkungan sosial telah mempersempit
kesempatan mengembangkan keterampilan sosial.
2. Penyesuaian diri terhadap persaingan hidup (baik
kehidupan pribadi maupun dunia kerja) menuntut dikuasainya keterampilan (hard maupun soft).
3. Pembelajaran tradisional yang lebih banyak dilakukan
dengan satu arah, kurang memfasilitasi berkembangnya soft skills ini.
B. Manfaat Soft
skills
1.
Berpartisipasi dalam tim.
2.
Mengajar orang lain.
3.
Memberikan layanan.
4.
Memimpin sebuah tim.
5.
Bernegosiasi.
6.
Menyatukan sebuah tim di
tengah-tengah perbedaan budaya.
7.
Motivasi.
8.
Pengambilan keputusan menggunakan keterampilan.
9.
Menggunakan kemampuan memecahkan
masalah.
10. Amati bentuk etiket.
11. Berhubungan dengan orang lain.
12. Menjaga berarti percakapan (basa-basi).
13. Menjaga percakapan bermakna (diskusi / perdebatan).
14. Menetralkan argumen dengan waktu, petunjuk dan sopan,
bahasa singkat.
15. Berpura-pura minat dan berbicara dengan cerdas tentang
topik apapun.
C.
Soft skills dalam Dunia
Pendidikan
Pembelajaran soft
skills sangatlah penting untuk diberikan kepada siswa sebagai bekal mereka
terjun ke dunia kerja dan industri, khususnya bagi sekolah kejuruan yang
mencetak lulusannya siap pakai di dunia kerja karena tuntutan dunia kerja lebih
menekankan pada kemampuan soft skills. Berdasarkan Survey National
Association of Colleges and Employee (NACE, 2002) dalam Elfindri dkk
(2011: 156), terdapat 19 kemampuan yang diperlukan di pasar kerja, kemampuan
yang diperlukan itu dapat dilihat dalam tabel berikut ini :
Daftar 19
Kemampuan yang Diperlukan di Pasar Kerja
Sumber: Elfindri dkk, Soft skills untuk
Pendidik
Dari tabel di
atas dapat dilihat bahwa 16 dari 19 kemampuan yang diperlukan di pasar kerja
adalah aspek soft skills dan ranking 7 teratas ditempati oleh aspek soft
skills pula. Berdasarkan kenyataan inilah mengapa soft skills sangat
penting diberikan dalam proses
pendidikan. Mulai dari kemampuan komunikasi sampai dengan kemampuan
entreprenership diharapkan dapat diajarkan kepada siswa sehingga siswa akan
menjadi lulusan yang siap pakai di dunia kerja dan tidak hanya memiliki
kemampuan hard skills saja tetapi
juga kemampuan soft skills. Penulis buku-buku serial manajemen diri,
Aribowo membagi soft skills atau people skills menjadi dua
bagian, yaitu intrapersonal skills dan interpersonal skills,
sebagaimana dikutip oleh Illah Sailah (2008: 18), “Intrapersonal skills adalah
keterampilan seseorang dalam mengatur diri sendiri. Intrapersonal skills sebaiknya
dibenahi terlebih dahulu sebelum seseorang mulai berhubungan dengan orang lain”.
Bowo widodo
sebagaimana dikutip dalam Buku Pengembangan Soft skills di Perguruan
Tinggi (2008: 18), menyebutkan: Di dalam praktek proses seleksi karyawan yang
dilakukan oleh perusahaan pada umumnya melakukan saringan berdasarkan pada
aspek kemampuan berpikir logis dan analisis di tahap awal. Kemudian dilanjutkan
dengan seleksi karakter dan sikap kerja, sementara pada proses seleksi akhir,
baru dilakukan seleksi berdasarkan kemampuan teknis dan akademis calon pegawai
tersebut. Terutama proses seleksi wawancara, proses ini sangat sarat dengan soft
skills, yaitu ketrampilan berkomunikasi secara
efektif, kemampuan berpikir kritis, ketrampilan menghargai orang lain, sikap
serta motivasi kerja. Dapat disimpulkan bahwa dalam dunia kerja, soft skills
sangat diperlukan keberadaannya dimulai dari proses perekrutan atau seleksi
karyawan hingga tentunya pada saat bekerja. Keseimbangan antara kemampuan hard
skills dan soft skills sangat diperlukan dalam
dunia pekerjaan. Jika kemampuan hard skills saja yang dimiliki maka akan
tersingkir oleh yang mempunyai kemampuan soft skills. Telah dijelaskan sebelumnya
tentang pentingnya soft skills diberikan dalam proses pembelajaran dan
pentingnya soft skills dalam dunia kerja. Maka untuk menghasilkan sumber
daya manusia yang memiliki kemampuan soft skills yang baik dan memenuhi
standar dalam dunia pekerjaan tentunya dimulai dari dunia pendidikan karena
dunia pendidikan khususnya sekolah merupakan awal dari suatu pembelajaran.
Tetapi yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana menghasilkan
keterampilan-keterampilan tersebut dan bagaimana cara agar dapat terintegrasi
dalam pembelajaran.
Penyelenggaraan
kegiatan belajar mengajar di sekolah dimulai dengan segenap rencana pendidikan
yang telah ditentukan sebelumnya, tanpa adanya rencana yang telah disusun
sebelumnya
maka penyelengaraan kegiatan belajar mengajar akan berjalan tidak terstruktur.
Rencana kegiatan atau skenario pendidikan itu biasa disebut dengan kurikulum.
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan
bahan pelajaran serta cara
yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Jika kurikulum
dikatakan sebagai seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan
bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu, maka cara
menumbuhkan soft skills dalam proses pembelajaran adalah dengan
memasukkan muatan soft skills ke dalam kurikulum pembelajaran. Karena
telah dijelaskan kurikulum itu sebagai rencana pembelajaran yang berisi
mengenai tujuan, isi, bahan serta cara yang digunakan dalam proses pembelajaran
untuk mencapai tujuan tertentu, jika muatan soft skills sudah dimasukkan
ke dalam kurikulum akan memudahkan guru dalam merancang kegiatan
pembelajaran.yang digunakan saat ini adalah Kurikulum 2013 sehingga dapat
memunginkan sekolah untuk menyusun kurikulumnya sendiri, menyesuaikan dengan
keadaan yang ada dan kebutuhan. Dalam mengintegrasikan soft skills dalam
kurikulum tentunya bukanlah hal yang mudah dilakukan. Namun dengan usaha
sedikit demi sedikit untuk menyusunnya dan tentunya dengan lebih mempraktikan
atau menjadi contoh bagi siswa daripada hanya memberikan teori saja, soft
skills lambat laun akan menjadi sesuatu yang wajib diberikan dan
dikembangkan dalam setiap proses pembelajaran. Elfindri dkk (2011: 137),
menyebutkan “sudah saatnya proses pendidikan dari nilai-nilai universal di
sekolah melalui integrasi aspek soft skills ke dalam sebagian besar mata
ajar yang diberikan”.
D.
Karakter Mulia
Dalam UU Nomor
20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 3, yang
menyebutkan: “Pendidikan
nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Disana disebutkan karakter sebagai karakter. Ada berbagai pendapat tentang apa itu karakter atau karakter. Karakter atau karakter berasal dari kata Yunani " charassein ", yang berarti barang atau alat untuk menggores, yang kemudian dipahami sebagai stempel / cap. Jadi karakter itu sebuah stempel atau cap, sifat-sifat yang melekat pada seseorang (SM Dumadi, 1955: 11). Karakter sebagai sifat seseorang dapat dibentuk, artinya karakter seseorang dapat berubah, kendati karakter mengandung unsur bawaan (potensi internal), yang setiap orang dapat berbeda. Namun, karakter / karakter sangat dipengaruhi oleh faktor eksternal, yaitu keluarga, sekolah, masyarakat, lingkungan pergaulan, dan lain-lain.
Ahli pendidikan nilai Darmiyati Zuchdi (2008: 39) memaknai karakter (karakter) sebagai seperangkat sifat yang selalu dikagumi sebagai tanda-tanda kebaikan, kebijakan, dan kematangan moral seseorang. Lebih lanjut dikatakan bahwa tujuan pendidikan karakter adalah mengajarkan nilai-nilai tradisonal tertentu, nilai-nilai yang diterima secara luas sebagai landasan perilaku yang baik dan bertanggung jawab. Hal tersebut dimaksudkan untuk menumbuhkan rasa hormat, tanggung jawab, rasa kasihan, disiplin, loyalitas, keberanian, toleransi, keterbukaan, etos kerja, dan kecintaan pada Tuhan dalam diri seseorang. Dilihat dari tujuan pendidikan karakter, yaitu budidaya seperangkat nilai-nilai makan pendidikan karakter dan pendidikan nilai pada dasarnya sama. Jadi, pendidikan karakter pada dasarnya adalah pendidikan nilai, yaitu penanaman nilai-nilai agar menjadi sifat pada diri seseorang dan karenanya mewarnai kepribadian dan karakter seseorang.
Jadi menurut Sutarjo
Adisusilo (2012), watak atau karakter mengandung makna adanya sifat-sifat baik
yang melekat pada diri seseorang sehingga tercermin dalam pola piker dan pola
tingkah lakunya. Watak seseorang dapat dibentuk, dapat dikembangkan dengan
pendidikan nilai. Pendidikan nilai akan membawa pada pengetahuan nilai,
pengetahuan nilai akan membawa pada proses internalisasi nilai, dan proses
internalisasi nilai akan mendorong seseorang untuk mewujudkannya dalam tingkah
laku, dan akhirnya pengulangan tingkah laku yang sama akan menghasilkan watak
seseorang.
Daniel Goleman dalam bukunya Multiple
Intelligences dan Emosional Intelligence (1999), menyebutkan bahwa pendidikan
karakter merupakan pendidikan nilai, yang mencakup Sembilan nilai dasar yang
terkait, yaitu:
1.
Tanggung jawab
2.
Rasa hormat
3.
Keadilan
4.
Keberanian
5.
Kejujuran
6.
Rasa kebangsaan
7.
Disiplin diri
8.
Peduli
9.
Ketekunan
Jadi, menurut Sutarjo
Adisusilo bagi bangsa Indonesia nilai-nilai yang akan dapat memberi karakter
khas Indonesia, tidak lain adalah nilai-nilai Pancasila, yaitu nilai-nilai:
religiusitas, humanitas, nasionalitas, demokratis, dan berkeadilan sosial.
Lickona (dalam Sutarjo:
2012) ada 11 prinsip agar pendidikan karakter dapat terlaksana secara efektif:
1.
Kembangkan nilai-nilai universal/dasar sebagai fondasinya
2.
Definisikan “karakter” secara konprehensif yang mencakup
pikiran, perasaan,
dan perilaku
3.
Gunakan pendekatan yang komprehensif, disengaja, dan proaktif
4.
Ciptakan komunitas sekolah yang penuh perhatian
5.
Beri peserta didik kesempatan untuk melakukan tindakan moral
6. Buat kurikulum akademik yang bermakna dan yang menghormati semua
peserta didik, mengembangkan sifat-sifat positif dan membantu peserta didik untuk berhasil
7.
Mendorong motivasi peserta didik
8.
Melibatkan seluruh civitas sekolah sebagai komunitas
pembelajaran dan moral
9.
Tumbuhkan kebersamaan daam kepemimpinan moral
10. Libatkan keluarga dan
anggota masyarakat sebagai mitra
11. Evaluasi karakter sekolah,
fungsi staf sekolah sebagai pendidik karakter, dan
sejauh mana peserta didik memanifestasikan karakter yang baik.
E.
Karakter
yang Diperlukan Bangsa Indonesia
Menurut Dharma
Kesuma (2011) Dalam kajian Pusat Pedagogik Universitas Pendidikan Indonesia (P3
PI) nilai yang perlu diperkuat untuk membangun bangsa saat ini adalah:
1. Jujur
Jujur merupakan sebuah karakter mulia yang bisa membebaskan bangsa
Indonesia dari korupsi, kolusi, dan nepotisme. Seseorang yang memiliki karakter
jujur akan diminati orang lain, baik dalam konteks persahabatan, bisnis,
rekan/mitra kerja, dan sebagainya. Karakter ini merupakan salah satu karakter
pokok untuk menjadikan seseorang cinta kebenaran, apapun resiko yang akan
diterima dirinya dengan kebenaranya yang ia lakukan.
2. Kerja
keras
Kerja keras adalah suatu istilah yang melingkupi suatu upaya yang terus
dilakukan (tidak pernah menyerah) dala menyelesaikan pekerjaan/yang menjadi
tugasnya sampai tuntas. Kerja keras adalah visi besar yang harus dicapai untuk
kebaikan/kemaslahatan manusai dan lingkungannya
3. Ikhlas
Ikhlas
memiliki arti tulus hati, (dengan) hati yang bersih dan jujur. Karena dengan keikhlasan seseorang akan
berorientasi bukan pada penghargaan dari teman atau lingkungannya tetapi untuk
kebermanfaatkan ilmunya pada masyarakat.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Dari pembahasan tersebut,
dapat disimpulkan bahwa soft skills
dan watak atau karakter amat penting dalam pembelajaran. Dari hasil penelitian
di Harvard University Amerika Serikat (Ali Ibrahim Akbar, 2000), yang
memaparkan bahwa kesuksesan hidup seseorang tidak ditentukan semata-mata oleh
pengetahuan dan kemampuan teknis (hard
skill) yang diperoleh lewat pendidikan, tetapi lebih oleh kemampuan
mengelola dari yang didalamnya termasuk karakter dan soft skills. Penelitian ini mengungkapkan, bahwa kesuksesan
seseorang hanya ditentukan sekitar 20% oleh hard
skill dan sisanya 80% oleh soft skill.
Bahkan orang-orang tersukses di dunia bisa berhasil dikarenakan lebih banyak
didukung kemampuan soft skill
daripada hard skill. Hal ini mengisyaratkan
bahwa pendidikan karakter peserta didik sangat penting untuk dikembangkan.
DAFTAR PUSTAKA
Adisusilo,
Sutarjo. 2012. Pembelajaran
Nilai-Karakter. Depok: PT Rajagrafindo Persada.
Eflfidri dkk.
2011. Soft Skills untuk Pendidik.
Jakarta: Baduose Media
Illah Sailah.
2008. Pengembangan Soft Skills di perguruan
Tinggi. Jakarta: Direktorat Jendral Perguruan Tinggi.
Iyo Mulyono.
2011. Dari Karya tulis Ilmiah sampai
dengan Soft Skills. Bandung: Yrama Widya.
Kesuma, Dharma dkk. 2012. Pendidikan Karakter. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
UNDANG-UNDANG
REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG
SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL
|
No comments:
Post a Comment