Sunday, 14 December 2014

SOFT SKILLS DAN KARAKTER MULIA

SOFT SKILLS DAN KARAKTER MULIA
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Sains
Dosen Pengampu: Prof. Dr. Jumadi
Oleh: Sipuddin, S.Pd


BAB I
PENDAHULUAN

      A.     Latar Belakang
Dimulai dari deklarasi kemerdekaan bangsa Indonesia pada tahun 1945, para pendiri bangsa telah menyadari bahwa setidaknya ada 3 tantangan yang harus dihadapi yakni: mendirikan Negara yang  bersatu dan berdaulat, membangun bangsa, membangun karakter. Ketiga hal tersebut secara jelas tampak dalam konsep negara bangsa dan pembangunan karakter bangsa(nation and character building).
Presiden pertama Republik Indonesia Ir. Soekarno menegaskan” Bangsa ini harus dibangun dengan mendahulukan pembangunan  karakter (character building). Karena character building inilah yang akan membuat Indonesia  menjadi bangsa yang besar, maju, dan jaya serta bermartabat. Di Indonesia pendidikan karakter saat ini memang dirasakan mendesak. Gambaran situasi masyarakat bahkan dunia pendidikan di Indonesia menjadi motivasi pokok (maintreming) implementasi pendidikan karakter di Indonesia.  Oleh karena itu pendidikan Karakter di Indonesia amat perlu Pengembangannya
Berkaitan dengan semakin mendesaknya implementasi pendidikan karakter di Indonesia tersebut, Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan Nasional dalam publikasinya berjudul Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Karakter  menyatakan bahwa pendidikan karakter pada intinya bertujuan membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral,  bertoleransi, bergotong royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis, berorientasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang semuanya dijiwai oleh iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan Pancasila.
Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional berbunyi Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradapan  bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan Nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman, bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Berdasarkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional, jelas bahwa pendidikan disetiap jenjang harus diselenggarakan secara sistematis guna mencapai tujuan tersebut. Hal tersebut berkaitan dengan pembentukan karakter peserta didik, sehingga mampu bersaing, beretika, bermoral sopan santun dan berinteraksi dengan masyarakat.
Dalam konteks pendidikan karakter, kita melihat bahwa kemampuan yang harus dikembangkan pada peserta didik melalui persekolahan adalah berbagai kemampuan yang akan menjadikan manusia sebagai makhluk  yang berketuhanan. Kemampuan yang perlu dikembangkan adalah kemampuan mengabdi  kepada Tuhan Yang Maha Esa Dunia kerja percaya bahwa sumber daya manusia yang unggul adalah mereka yang tidak hanya memiliki kemahiran hard skill saja tetapi juga piawai dalam aspek soft skillnya. Merupakan suatu realita bahwa pendidikan di Indonesia lebih memberikan porsi yang lebih besar untuk muatan hard skill, bahkan bisa dikatakan lebih berorientasi pada pembelajaran hard skill saja. Lalu seberapa besar semestinya muatan soft skill dalam kurikulum pendidikan. Jika berkaca pada realita di atas, pendidikan soft skill tentu menjadi kebutuhan urgen dalam dunia pendidikan. Namun untuk mengubah kurikulum juga bukan hal yang mudah. Pendidik seharusnya memberikan muatan-muatan pendidikan soft skill pada proses pembelajarannya. Pentingnya penerapan pendidikan soft skill idealnya bukan saja hanya untuk anak didik saja, tetapi juga bagi pendidik.

      B.    Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah:
1. Apakah yang dimaksud dengan softskills?
2.   Apakah yang dimaksud dengan karakter mulia?


BAB II
PEMBAHASAN

A.     Pengertian Soft skill
Soft skills merupakan keterampilan dan kecakapan hidup, baik untuk sendiri, berkelompok, atau bermasyarakat, serta dengan Sang Pencipta. Dengan mempunyai soft skills membuat keberadaan seseorang akan semakin terasa di tengah masyarakat. Keterampilan akan berkomunikasi, keterampilan emosional, keterampilan berbahasa, keterampilan berkelompok, memiliki etika dan moral, santun dan keterampilan spiritual. Semua sifat yang menyebabkan berfungsinya hard skills yang dimiliki. Soft skills dapat menentukan arah pemanfaatan hard skills. Jika seseorang memilikinya dengan baik, maka ilmu dan keterampilan yang dikuasainya dapat mendatangkan kesejahteraan dan kenyamanan bagi pemiliknya dan lingkungannya. Sebaliknya, jika seseorang tidak memiliki soft skills yang baik, maka hard skills dapat membahayakan diri sendiri dan orang lain. (Elfindri dkk, 2011: 175).
Sedangkan menurut Iyo Mulyono (2011: 99), “soft skills merupakan komplemen dari hard skills. Jenis keterampilan ini merupakan bagian dari kecerdasan intelektual seseorang, dan sering dijadikan syarat unutk memperoleh jabatan atau pekerjaan tertentu”. Aribowo sebagaimana dikutip oleh Illah Sailah (2008: 17), menyebutkan soft skills sebagai berikuti: Soft skills adalah keterampilan seseorang dalam berhubungan dengan orang lain (termasuk dengan dirinya sendiri). Atribut soft skills, dengan demikian meliputi nilai yang dianut, motivasi, perilaku, kebiasaan, karakter dan sikap. Atribut soft skills ini dimiliki oleh setiap orang dengan kadar yang berbeda-beda, dipengaruhi oleh kebiasaan berfikir, berkata, bertindak dan bersikap. Namun, atribut ini dapat berubah jika yang bersangkutan mau merubahnya dengan cara berlatih membiasakan diri dengan hal-hal yang baru.
Dari berbagai definisi tersebut dapat dirumuskan bahwa pada dasarnya soft skills merupakan kemampuan yang sudah melekat pada diri seseorang, tetapi dapat dikembangkan dengan maksimal dan dibutuhkan dalam dunia pekerjaan sebagai pelengkap dari kemampuan hard skills. Keberadaan antara hard skills dan soft skills sebaiknya seimbang, seiring, dan sejalan.
Soft skills sendiri merupakan kemampuan seseorang diluar kemampuan teknis dan akademis, yang lebih mengutamakan pada kemampuan intrapersonal dan interpersonal. Kedua kemampuan tersebut dapat dimiliki oleh seseorang melalui proses pembelajaran maupun proses pembiaasan dalam kehidupan sehari-hari.
Secara garis besar, kemampuan intrapersonal mencakup  beberapa aspek, yaitu:
1.      Kesadaran diri (self awareness), yang didalamnya meliputi: kepercayaan diri, kemampuan untuk melakukan penilaian dirinya, pembawaan, serta kemampuan mengendalikan emosional.
2.      Kemampuan diri (self skill), yang didalamnya meliputi: upaya peningkatan diri, kontrol diri, dapat dipercaya, dapat mengelola waktu dan kekuatan, proaktif, dan konsisten.
Sedangkan kemampuan interpersonal juga mencakup beberapa aspek yaitu:
1.      Aspek kesadaran sosial (social awareness), yang meliputi kemampuan kesadaran politik, pengembangan aspek-aspek yang lain,  berorientasi untuk melayani, dan empati.
2.       Aspek kemampuan sosial (social skill), yang meliputi kemampuan memimpin, mempunyai pengaruh, dapat berkomunikasi, mampu mengelola konflik, kooperatif dengan siapapun, dapat bekerja sama dengan tim, dan bersinergi.
Disamping itu, soft skills juga bisa diterjemahkan ke dalam kemampuan yang dimiliki oleh setiap individu untuk dapat mengembangan perasaan positif (positive feeling), selalu dan bisa untuk berfikir positif (positive thinking), dan mempunyai kebiasaan positif (positive habits) yang selalu diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, baik untuk kepentingan diri sendiri maupun untuk orang lain.
Soft skills sering juga disebut keterampilan lunak adalah keterampilan yang digunakan dalam berhubungan dan bekerjasama dengan orang lain. Secara garis besar keterampilan ini dapat dikelompokkan ke dalam:
1.       Proses Keterampilan
2.       Keterampilan Sosial
3.       Keterampilan Generik
Contoh lain dari keterampilan-keterampilan yang dimasukkan dalam kategori soft skills adalah etika/profesional, kepemimpinan, kreativitas, kerjasama, inisiatif, facilitating kelompok maupun masyarakat, komunikasi, berpikir kritis, dan problem solving. Keterampilan-keterampilan tersebut umumnya berkembang dalam kehidupan bermasyarakat. Fakta-fakta yang ada di dalam kehidupan saat ini:
1.      Terjadi perubahan kehidupan bermasyarakat sebagai dampak dari perkembangan teknologi dan lingkungan sosial telah mempersempit kesempatan mengembangkan keterampilan sosial.
2.      Penyesuaian diri terhadap persaingan hidup (baik kehidupan pribadi maupun dunia kerja) menuntut dikuasainya keterampilan (hard maupun soft).
3.      Pembelajaran tradisional yang lebih banyak dilakukan dengan satu arah, kurang memfasilitasi berkembangnya soft skills ini.
B.     Manfaat Soft skills
1.      Berpartisipasi dalam tim.
2.       Mengajar orang lain.
3.      Memberikan layanan.
4.      Memimpin sebuah tim.
5.      Bernegosiasi.
6.      Menyatukan sebuah tim di tengah-tengah perbedaan budaya.
7.      Motivasi.
8.       Pengambilan keputusan menggunakan keterampilan.
9.      Menggunakan kemampuan memecahkan masalah.
10.  Amati bentuk etiket.
11.  Berhubungan dengan orang lain.
12.  Menjaga berarti percakapan (basa-basi).
13.   Menjaga percakapan bermakna (diskusi / perdebatan).
14.  Menetralkan argumen dengan waktu, petunjuk dan sopan, bahasa singkat.
15.  Berpura-pura minat dan berbicara dengan cerdas tentang topik apapun.

      C.    Soft skills dalam Dunia Pendidikan
Pembelajaran soft skills sangatlah penting untuk diberikan kepada siswa sebagai bekal mereka terjun ke dunia kerja dan industri, khususnya bagi sekolah kejuruan yang mencetak lulusannya siap pakai di dunia kerja karena tuntutan dunia kerja lebih menekankan pada kemampuan soft skills. Berdasarkan Survey National Association of Colleges and Employee (NACE, 2002) dalam Elfindri dkk (2011: 156), terdapat 19 kemampuan yang diperlukan di pasar kerja, kemampuan yang diperlukan itu dapat dilihat dalam tabel berikut ini :
Daftar 19 Kemampuan yang Diperlukan di Pasar Kerja

Sumber: Elfindri dkk, Soft skills untuk Pendidik
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa 16 dari 19 kemampuan yang diperlukan di pasar kerja adalah aspek soft skills dan ranking 7 teratas ditempati oleh aspek soft skills pula. Berdasarkan kenyataan inilah mengapa soft skills sangat penting diberikan dalam proses

pendidikan. Mulai dari kemampuan komunikasi sampai dengan kemampuan entreprenership diharapkan dapat diajarkan kepada siswa sehingga siswa akan menjadi lulusan yang siap pakai di dunia kerja dan tidak hanya memiliki kemampuan hard skills saja tetapi
juga kemampuan soft skills. Penulis buku-buku serial manajemen diri, Aribowo membagi soft skills atau people skills menjadi dua bagian, yaitu intrapersonal skills dan interpersonal skills, sebagaimana dikutip oleh Illah Sailah (2008: 18), “Intrapersonal skills adalah keterampilan seseorang dalam mengatur diri sendiri. Intrapersonal skills sebaiknya dibenahi terlebih dahulu sebelum seseorang mulai berhubungan dengan orang lain”.

Bowo widodo sebagaimana dikutip dalam Buku Pengembangan Soft skills di Perguruan Tinggi (2008: 18), menyebutkan: Di dalam praktek proses seleksi karyawan yang dilakukan oleh perusahaan pada umumnya melakukan saringan berdasarkan pada aspek kemampuan berpikir logis dan analisis di tahap awal. Kemudian dilanjutkan dengan seleksi karakter dan sikap kerja, sementara pada proses seleksi akhir, baru dilakukan seleksi berdasarkan kemampuan teknis dan akademis calon pegawai tersebut. Terutama proses seleksi wawancara, proses ini sangat sarat dengan soft skills, yaitu ketrampilan berkomunikasi secara

efektif, kemampuan berpikir kritis, ketrampilan menghargai orang lain, sikap serta motivasi kerja. Dapat disimpulkan bahwa dalam dunia kerja, soft skills sangat diperlukan keberadaannya dimulai dari proses perekrutan atau seleksi karyawan hingga tentunya pada saat bekerja. Keseimbangan antara kemampuan hard skills dan soft skills sangat diperlukan dalam
dunia pekerjaan. Jika kemampuan hard skills saja yang dimiliki maka akan tersingkir oleh yang mempunyai kemampuan soft skills. Telah dijelaskan sebelumnya tentang pentingnya soft skills diberikan dalam proses pembelajaran dan pentingnya soft skills dalam dunia kerja. Maka untuk menghasilkan sumber daya manusia yang memiliki kemampuan soft skills yang baik dan memenuhi standar dalam dunia pekerjaan tentunya dimulai dari dunia pendidikan karena dunia pendidikan khususnya sekolah merupakan awal dari suatu pembelajaran. Tetapi yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana menghasilkan keterampilan-keterampilan tersebut dan bagaimana cara agar dapat terintegrasi dalam pembelajaran.

Penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar di sekolah dimulai dengan segenap rencana pendidikan yang telah ditentukan sebelumnya, tanpa adanya rencana yang telah disusun sebelumnya

maka penyelengaraan kegiatan belajar mengajar akan berjalan tidak terstruktur. Rencana kegiatan atau skenario pendidikan itu biasa disebut dengan kurikulum. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara
yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.

Jika kurikulum dikatakan sebagai seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu, maka cara menumbuhkan soft skills dalam proses pembelajaran adalah dengan memasukkan muatan soft skills ke dalam kurikulum pembelajaran. Karena telah dijelaskan kurikulum itu sebagai rencana pembelajaran yang berisi mengenai tujuan, isi, bahan serta cara yang digunakan dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu, jika muatan soft skills sudah dimasukkan ke dalam kurikulum akan memudahkan guru dalam merancang kegiatan pembelajaran.yang digunakan saat ini adalah Kurikulum 2013 sehingga dapat memunginkan sekolah untuk menyusun kurikulumnya sendiri, menyesuaikan dengan keadaan yang ada dan kebutuhan. Dalam mengintegrasikan soft skills dalam kurikulum tentunya bukanlah hal yang mudah dilakukan. Namun dengan usaha sedikit demi sedikit untuk menyusunnya dan tentunya dengan lebih mempraktikan atau menjadi contoh bagi siswa daripada hanya memberikan teori saja, soft skills lambat laun akan menjadi sesuatu yang wajib diberikan dan dikembangkan dalam setiap proses pembelajaran. Elfindri dkk (2011: 137), menyebutkan “sudah saatnya proses pendidikan dari nilai-nilai universal di sekolah melalui integrasi aspek soft skills ke dalam sebagian besar mata ajar yang diberikan”.
D.     Karakter Mulia
Dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 3, yang menyebutkan: “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Disana disebutkan karakter sebagai karakter. Ada berbagai pendapat tentang apa itu karakter atau karakter. Karakter atau karakter berasal dari kata Yunani " charassein ", yang berarti barang atau alat untuk menggores, yang kemudian dipahami sebagai stempel / cap. Jadi karakter itu sebuah stempel atau cap, sifat-sifat yang melekat pada seseorang (SM Dumadi, 1955: 11). Karakter sebagai sifat seseorang dapat dibentuk, artinya karakter seseorang dapat berubah, kendati karakter mengandung unsur bawaan (potensi internal), yang setiap orang dapat berbeda. Namun, karakter / karakter sangat dipengaruhi oleh faktor eksternal, yaitu keluarga, sekolah, masyarakat, lingkungan pergaulan, dan lain-lain.
Ahli pendidikan nilai Darmiyati Zuchdi (2008: 39) memaknai karakter (karakter) sebagai  seperangkat sifat yang selalu dikagumi sebagai tanda-tanda kebaikan, kebijakan, dan kematangan moral seseorang. Lebih lanjut dikatakan bahwa tujuan pendidikan karakter adalah mengajarkan nilai-nilai tradisonal tertentu, nilai-nilai yang diterima secara luas sebagai landasan perilaku yang baik dan bertanggung jawab. Hal tersebut dimaksudkan untuk menumbuhkan rasa hormat, tanggung jawab, rasa kasihan, disiplin, loyalitas, keberanian, toleransi, keterbukaan, etos kerja, dan kecintaan pada Tuhan dalam diri seseorang. Dilihat dari tujuan pendidikan karakter, yaitu budidaya seperangkat nilai-nilai makan pendidikan karakter dan pendidikan nilai pada dasarnya sama. Jadi, pendidikan karakter pada dasarnya adalah pendidikan nilai, yaitu penanaman nilai-nilai agar menjadi sifat pada diri seseorang dan karenanya mewarnai kepribadian dan karakter seseorang.
Jadi menurut Sutarjo Adisusilo (2012), watak atau karakter mengandung makna adanya sifat-sifat baik yang melekat pada diri seseorang sehingga tercermin dalam pola piker dan pola tingkah lakunya. Watak seseorang dapat dibentuk, dapat dikembangkan dengan pendidikan nilai. Pendidikan nilai akan membawa pada pengetahuan nilai, pengetahuan nilai akan membawa pada proses internalisasi nilai, dan proses internalisasi nilai akan mendorong seseorang untuk mewujudkannya dalam tingkah laku, dan akhirnya pengulangan tingkah laku yang sama akan menghasilkan watak seseorang.
 Daniel Goleman dalam bukunya Multiple Intelligences dan Emosional Intelligence (1999), menyebutkan bahwa pendidikan karakter merupakan pendidikan nilai, yang mencakup Sembilan nilai dasar yang terkait, yaitu:
1.      Tanggung jawab
2.       Rasa hormat
3.       Keadilan
4.       Keberanian
5.       Kejujuran
6.       Rasa kebangsaan
7.       Disiplin diri
8.      Peduli
9.      Ketekunan
Jadi, menurut Sutarjo Adisusilo bagi bangsa Indonesia nilai-nilai yang akan dapat memberi karakter khas Indonesia, tidak lain adalah nilai-nilai Pancasila, yaitu nilai-nilai: religiusitas, humanitas, nasionalitas, demokratis, dan berkeadilan sosial.
Lickona (dalam Sutarjo: 2012) ada 11 prinsip agar pendidikan karakter dapat terlaksana secara efektif:
      1.      Kembangkan nilai-nilai universal/dasar sebagai fondasinya
      2.      Definisikan “karakter” secara konprehensif yang mencakup pikiran, perasaan,
             dan perilaku
      3.      Gunakan pendekatan yang komprehensif, disengaja, dan proaktif
      4.      Ciptakan komunitas sekolah yang penuh perhatian
      5.      Beri peserta didik kesempatan untuk melakukan tindakan moral
      6.      Buat kurikulum akademik yang bermakna dan yang menghormati semua
            peserta didik, mengembangkan sifat-sifat positif dan membantu peserta didik           untuk berhasil
      7.      Mendorong motivasi peserta didik
      8.      Melibatkan seluruh civitas sekolah sebagai komunitas pembelajaran dan moral
      9.      Tumbuhkan kebersamaan daam kepemimpinan moral
      10.   Libatkan keluarga dan anggota masyarakat sebagai mitra
      11.  Evaluasi karakter sekolah, fungsi staf sekolah sebagai pendidik karakter, dan
            sejauh mana peserta didik memanifestasikan karakter yang baik.

      E.     Karakter yang Diperlukan Bangsa Indonesia
Menurut Dharma Kesuma (2011) Dalam kajian Pusat Pedagogik Universitas Pendidikan Indonesia (P3 PI) nilai yang perlu diperkuat untuk membangun bangsa saat ini adalah:
      1.      Jujur
Jujur merupakan sebuah karakter mulia yang bisa membebaskan bangsa Indonesia dari korupsi, kolusi, dan nepotisme. Seseorang yang memiliki karakter jujur akan diminati orang lain, baik dalam konteks persahabatan, bisnis, rekan/mitra kerja, dan sebagainya. Karakter ini merupakan salah satu karakter pokok untuk menjadikan seseorang cinta kebenaran, apapun resiko yang akan diterima dirinya dengan kebenaranya yang ia lakukan.
2.      Kerja keras
Kerja keras adalah suatu istilah yang melingkupi suatu upaya yang terus dilakukan (tidak pernah menyerah) dala menyelesaikan pekerjaan/yang menjadi tugasnya sampai tuntas. Kerja keras adalah visi besar yang harus dicapai untuk kebaikan/kemaslahatan manusai dan lingkungannya
3.       Ikhlas
Ikhlas memiliki arti tulus hati, (dengan) hati yang bersih dan jujur.  Karena dengan keikhlasan seseorang akan berorientasi bukan pada penghargaan dari teman atau lingkungannya tetapi untuk kebermanfaatkan ilmunya pada masyarakat.


BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Dari pembahasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa soft skills dan watak atau karakter amat penting dalam pembelajaran. Dari hasil penelitian di Harvard University Amerika Serikat (Ali Ibrahim Akbar, 2000), yang memaparkan bahwa kesuksesan hidup seseorang tidak ditentukan semata-mata oleh pengetahuan dan kemampuan teknis (hard skill) yang diperoleh lewat pendidikan, tetapi lebih oleh kemampuan mengelola dari yang didalamnya termasuk karakter dan soft skills. Penelitian ini mengungkapkan, bahwa kesuksesan seseorang hanya ditentukan sekitar 20% oleh hard skill dan sisanya 80% oleh soft skill. Bahkan orang-orang tersukses di dunia bisa berhasil dikarenakan lebih banyak didukung kemampuan soft skill daripada hard skill. Hal ini mengisyaratkan bahwa pendidikan karakter peserta didik sangat penting untuk dikembangkan.



DAFTAR PUSTAKA

Adisusilo, Sutarjo. 2012. Pembelajaran Nilai-Karakter. Depok: PT Rajagrafindo Persada.
Eflfidri dkk. 2011. Soft Skills untuk Pendidik. Jakarta: Baduose Media
Illah Sailah. 2008. Pengembangan Soft Skills di perguruan Tinggi. Jakarta: Direktorat Jendral Perguruan Tinggi.
Iyo Mulyono. 2011. Dari Karya tulis Ilmiah sampai dengan Soft Skills. Bandung: Yrama Widya.
Kesuma, Dharma dkk. 2012. Pendidikan Karakter. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG  SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL 

No comments:

Post a Comment

RAMADHAN PRODUKTIF DI KAMPUS

RAMADHAN PRODUKTIF DI KAMPUS, Cerita Kegiatan Bulan Ramadhan di Kampus Uny Saipuddin Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta ...